Somalia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Kenya
loading...
A
A
A
MOGADISHU - Somalia mengumumkan pihaknya memutuskan hubungan diplomatik dengan Kenya . Somalia menuduh Nairobi "berulang kali" mencampuri urusan politiknya. Kebijakan ini diambil saat Mogadishu mempersiapkan pemilu yang telah lama ditunggu-tunggu yang dijadwalkan pada awal 2021.
Tindakan itu dilakukan setelah Kenya menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan Somaliland, negara bagian yang memisahkan diri yang tidak diakui oleh Somalia, menyusul ketegangan berbulan-bulan antara kedua negara bertetangga itu.
Menteri Penerangan Somalia Osman Abukar Dubbe mengatakan bahwa diplomat Kenya di Mogadishu telah diberi waktu tujuh hari untuk pergi, dan utusan Somalia ditarik dari Nairobi.
"Pemerintah Somalia menganggap rakyat Kenya sebagai komunitas cinta damai yang ingin hidup harmonis dengan masyarakat lain di kawasan ini. Tetapi kepemimpinan Kenya saat ini berupaya untuk memisahkan kedua pihak," katanya di Mogadishu.
"Pemerintah mengambil keputusan ini untuk menanggapi pelanggaran politik dan campur tangan langsung yang berulang kali dilakukan oleh Kenya terhadap kedaulatan negara kami," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Selasa (15/12/2020)
Somalia mengatakan bahwa pertemuan para kepala negara Afrika Timur telah diadakan pada 20 Desember di Djibouti untuk membahas masalah tersebut.
Somalia telah bergolak selama berbulan-bulan atas apa yang disebutnya campur tangan Kenya diperbatasannya, meskipun Mogadishu tidak menunjukkan alasan khusus atas keputusannya untuk memutuskan hubungan diplomatik.(Baca juga: Trump Tarik Pasukan AS, Warga Somalia Kecewa Berat )
Tetapi pengumuman itu datang hanya sehari setelah Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menerima presiden wilayah Somalia yang memproklamirkan diri merdeka, Muse Bihi Abdi, di Nairobi.
Somalia sendiri telah lama membenci apa yang diyakininya sebagai dukungan Kenya untuk Ahmed Madobe, presiden negara bagian Jubaland Somalia.
Madobe berselisih dengan Mogadishu dan telah menyuarakan ketidaksepakatan dengan road map pemerintah pusat menuju pemilu Somalia.
Negara Tanduk Afrika itu dijadwalkan untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden dan parlemen pada awal 2021.(Baca juga: Trump Perintahkan Tarik Sebagian Besar Pasukan AS dari Somalia )
Namun proses tersebut terhambat oleh perselisihan politik antara Presiden Mohamed Abdullahi Farmajo dan para pemimpin daerah negara itu.
Nairobi di masa lalu menuduh Mogadishu menggunakan Kenya sebagai kambing hitam untuk masalah politiknya sendiri.
Kenya adalah kontributor utama pasukan AMISOM, operasi militer Uni Afrika yang memerangi kelompok al-Shabaab - militan Islam yang melancarkan pemberontakan dengan kekerasan di Somalia saat mereka berusaha untuk menggulingkan pemerintah yang didukung secara internasional di Mogadishu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Kenya Cyrus Oguna mengatakan Selasa bahwa Kenya telah sangat baik dan mengakomodasi sekitar 200.000 warga Somalia yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di timur Kenya.
"Kami memiliki banyak kesamaan antara kedua negara ini, dan apa pun yang mampu merusaknya, tentu saja harus dilakukan upaya untuk memastikan itu diselesaikan," serunya.
Ini bukan pertama kalinya hubungan tak nyaman Kenya dan Somalia pecah di tempat terbuka.(Baca juga: Pasukan Somalia-Kenya Baku Tembak di Perbatasan )
Kenya dan Somalia sepakat untuk "menormalkan" hubungan dan mulai menerbitkan kembali visa perjalanan untuk warga negara masing-masing pada November 2019 setelah perselisihan berkepanjangan atas perbatasan laut.
Kedua negara itu telah terlibat dalam sengketa teritorial berkepanjangan atas hamparan Samudra Hindia yang diklaim oleh kedua negara yang diyakini memiliki simpanan minyak dan gas yang berharga.
Perselisihan tentang negara mana yang mengontrol akses ke cadangan minyak yang menguntungkan meningkat pada awal 2019 setelah Somalia memutuskan untuk melelang blok minyak dan gas di wilayah maritim yang disengketakan. Ini mendorong Kenya untuk menarik duta besarnya dari Mogadishu pada Februari 2019.
Tindakan itu dilakukan setelah Kenya menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan Somaliland, negara bagian yang memisahkan diri yang tidak diakui oleh Somalia, menyusul ketegangan berbulan-bulan antara kedua negara bertetangga itu.
Menteri Penerangan Somalia Osman Abukar Dubbe mengatakan bahwa diplomat Kenya di Mogadishu telah diberi waktu tujuh hari untuk pergi, dan utusan Somalia ditarik dari Nairobi.
"Pemerintah Somalia menganggap rakyat Kenya sebagai komunitas cinta damai yang ingin hidup harmonis dengan masyarakat lain di kawasan ini. Tetapi kepemimpinan Kenya saat ini berupaya untuk memisahkan kedua pihak," katanya di Mogadishu.
"Pemerintah mengambil keputusan ini untuk menanggapi pelanggaran politik dan campur tangan langsung yang berulang kali dilakukan oleh Kenya terhadap kedaulatan negara kami," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Selasa (15/12/2020)
Somalia mengatakan bahwa pertemuan para kepala negara Afrika Timur telah diadakan pada 20 Desember di Djibouti untuk membahas masalah tersebut.
Somalia telah bergolak selama berbulan-bulan atas apa yang disebutnya campur tangan Kenya diperbatasannya, meskipun Mogadishu tidak menunjukkan alasan khusus atas keputusannya untuk memutuskan hubungan diplomatik.(Baca juga: Trump Tarik Pasukan AS, Warga Somalia Kecewa Berat )
Tetapi pengumuman itu datang hanya sehari setelah Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menerima presiden wilayah Somalia yang memproklamirkan diri merdeka, Muse Bihi Abdi, di Nairobi.
Somalia sendiri telah lama membenci apa yang diyakininya sebagai dukungan Kenya untuk Ahmed Madobe, presiden negara bagian Jubaland Somalia.
Madobe berselisih dengan Mogadishu dan telah menyuarakan ketidaksepakatan dengan road map pemerintah pusat menuju pemilu Somalia.
Negara Tanduk Afrika itu dijadwalkan untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden dan parlemen pada awal 2021.(Baca juga: Trump Perintahkan Tarik Sebagian Besar Pasukan AS dari Somalia )
Namun proses tersebut terhambat oleh perselisihan politik antara Presiden Mohamed Abdullahi Farmajo dan para pemimpin daerah negara itu.
Nairobi di masa lalu menuduh Mogadishu menggunakan Kenya sebagai kambing hitam untuk masalah politiknya sendiri.
Kenya adalah kontributor utama pasukan AMISOM, operasi militer Uni Afrika yang memerangi kelompok al-Shabaab - militan Islam yang melancarkan pemberontakan dengan kekerasan di Somalia saat mereka berusaha untuk menggulingkan pemerintah yang didukung secara internasional di Mogadishu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Kenya Cyrus Oguna mengatakan Selasa bahwa Kenya telah sangat baik dan mengakomodasi sekitar 200.000 warga Somalia yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di timur Kenya.
"Kami memiliki banyak kesamaan antara kedua negara ini, dan apa pun yang mampu merusaknya, tentu saja harus dilakukan upaya untuk memastikan itu diselesaikan," serunya.
Ini bukan pertama kalinya hubungan tak nyaman Kenya dan Somalia pecah di tempat terbuka.(Baca juga: Pasukan Somalia-Kenya Baku Tembak di Perbatasan )
Kenya dan Somalia sepakat untuk "menormalkan" hubungan dan mulai menerbitkan kembali visa perjalanan untuk warga negara masing-masing pada November 2019 setelah perselisihan berkepanjangan atas perbatasan laut.
Kedua negara itu telah terlibat dalam sengketa teritorial berkepanjangan atas hamparan Samudra Hindia yang diklaim oleh kedua negara yang diyakini memiliki simpanan minyak dan gas yang berharga.
Perselisihan tentang negara mana yang mengontrol akses ke cadangan minyak yang menguntungkan meningkat pada awal 2019 setelah Somalia memutuskan untuk melelang blok minyak dan gas di wilayah maritim yang disengketakan. Ini mendorong Kenya untuk menarik duta besarnya dari Mogadishu pada Februari 2019.
(ber)