Indonesia Gerak Cepat Ingin Borong 48 Jet Tempur Rafale Prancis
loading...
A
A
A
PARIS - Negosiasi antara Prancis dan Indonesia untuk pembelian 48 jet tempur Rafale Prancis sedang berlangsung dengan cepat dan kesepakatan dapat segera ditandatangani.
situs web Prancis, La Tribune.fr, melaporkan proses negosiasi tersebut pada hari Kamis dengan mengutip beberapa sumber.
(Baca juga : Respons Kemenkeu Usai Pejabat Kemensos Diciduk KPK Diduga Terkait Bansos Covid-19 )
Menurut laporan tersebut, Indonesia ingin mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun tetapi negosiator Prancis ingin meluangkan waktu yang diperlukan untuk menyempurnakan detailnya. (Baca: Indonesia Beli Eurofighter Typhoon Austria, Su-35 Rusia atau F-35 AS? )
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengonfirmasi negosiasi tersebut. Dia mengatakan negosiasi dengan Indonesia untuk pembelian 48 jet tempur Rafale "good progress".
"Jika pesanan ini berhasil...itu berarti 7.000 pekerjaan selama 18 bulan. Itu sangat besar," kata Parly kepada BFM TV, yang dikutip Reuters, Jumat (4/12/2020).
(Baca juga : Ketika Marquez Gelisah Menunggu Kesembuhan )
Parly juga mengatakan Prancis sedang berbicara dengan Yunani, Finlandia dan Swiss juga tentang pembelian jet tempur Rafale.
Indonesia sebelumnya sedang dalam proses pembelian beberapa jet tempur Su-35 Rusia, namun pembelian ini membuat Indonesia terancam sanksi Amerika Serikat (AS) melalui undang-undangnya;Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). (Baca juga: Kisah Jet Hawk Indonesia Kejar Jet Tempur Australia saat Krisis Timor Leste )
Selanjutnya, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto menyurati Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner bahwa pihak Jakarta berminat membeli 15 unit Eurofgihter Typhoon milik Wina. Minat ini memicu kontroversi di dalam negeri Indonesia karena belasan jet tempur yang ingin dibeli adalah jet tempur bekas.
(Baca juga : Deplu AS Setuju Jual Senjata Senilai Rp785 Miliar untuk Lebanon )
Tak lama kemudian, muncul niat Indonesia untuk membeli jet tempur siluman F-35 Amerika Serikat (AS). Namun, Washington menolak dengan anggapan Jakarta belum memenui syarat kelayakan untuk memiliki pesawat tempur canggih generasi kelima.
situs web Prancis, La Tribune.fr, melaporkan proses negosiasi tersebut pada hari Kamis dengan mengutip beberapa sumber.
(Baca juga : Respons Kemenkeu Usai Pejabat Kemensos Diciduk KPK Diduga Terkait Bansos Covid-19 )
Menurut laporan tersebut, Indonesia ingin mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun tetapi negosiator Prancis ingin meluangkan waktu yang diperlukan untuk menyempurnakan detailnya. (Baca: Indonesia Beli Eurofighter Typhoon Austria, Su-35 Rusia atau F-35 AS? )
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengonfirmasi negosiasi tersebut. Dia mengatakan negosiasi dengan Indonesia untuk pembelian 48 jet tempur Rafale "good progress".
"Jika pesanan ini berhasil...itu berarti 7.000 pekerjaan selama 18 bulan. Itu sangat besar," kata Parly kepada BFM TV, yang dikutip Reuters, Jumat (4/12/2020).
(Baca juga : Ketika Marquez Gelisah Menunggu Kesembuhan )
Parly juga mengatakan Prancis sedang berbicara dengan Yunani, Finlandia dan Swiss juga tentang pembelian jet tempur Rafale.
Indonesia sebelumnya sedang dalam proses pembelian beberapa jet tempur Su-35 Rusia, namun pembelian ini membuat Indonesia terancam sanksi Amerika Serikat (AS) melalui undang-undangnya;Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA). (Baca juga: Kisah Jet Hawk Indonesia Kejar Jet Tempur Australia saat Krisis Timor Leste )
Selanjutnya, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto menyurati Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner bahwa pihak Jakarta berminat membeli 15 unit Eurofgihter Typhoon milik Wina. Minat ini memicu kontroversi di dalam negeri Indonesia karena belasan jet tempur yang ingin dibeli adalah jet tempur bekas.
(Baca juga : Deplu AS Setuju Jual Senjata Senilai Rp785 Miliar untuk Lebanon )
Tak lama kemudian, muncul niat Indonesia untuk membeli jet tempur siluman F-35 Amerika Serikat (AS). Namun, Washington menolak dengan anggapan Jakarta belum memenui syarat kelayakan untuk memiliki pesawat tempur canggih generasi kelima.
(min)