Mengapa Lebanon Tak Mampu Melepaskan diri dari Cengkeraman Hizbullah?

Senin, 14 Oktober 2024 - 18:07 WIB
loading...
A A A
"Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini tidak hanya menandai eskalasi yang signifikan dalam konflik tetapi juga menggarisbawahi sejauh mana Israel akan berusaha untuk menetralkan ancaman yang terus-menerus. Skala dan ketepatan serangan itu merupakan pengingat yang jelas tentang sifat peperangan yang terus berkembang di wilayah tersebut," kata Brent Sadler, pakar geopolitik Timur Tengah, dilansir Euro News.

2. Warisan Nasrallah Sangatlah Kuat

Konflik yang sedang berlangsung tidak hanya menargetkan kepemimpinan tetapi juga bertujuan untuk mengganggu fondasi wilayah yang gelap ini.

Pendiri Hizbullah di Teheran mungkin merencanakan satu pertunjukan terakhir yang diatur untuk Nasrallah — Sayeed, keturunan langsung Nabi Muhammad. Laporan menunjukkan bahwa jasadnya, jika memang ada, telah dikubur sementara, menunggu pemindahan besar-besaran ke Iran.

Langkah ini dapat menjadi simbol yang kuat: meskipun mengalami kemunduran dan kerugian saat ini, Hizbullah tetap teguh dan tak terkalahkan. Tindakan seperti itu tidak hanya akan menghormati warisan Nasrallah tetapi juga memperkuat narasi perlawanan, menggalang pendukung dan menegaskan bahwa kelompok tersebut terus pantang menyerah.

"Jika separuh negara terkejut, sedih, dan marah atas kematian Nasrallah, separuh lainnya tidak terlalu menyesalinya. Saat kesedihan melanda satu faksi, faksi lain mendidih karena frustrasi, hasil yang tak terelakkan dari seorang pemimpin yang tindakannya berulang kali mendorong negara itu ke ambang kehancuran," jelas Sadler.

Kesenjangan sosial yang dalam ini mencerminkan keretakan yang lebih luas di Lebanon — sebuah negara yang terjebak antara kesetiaan yang teguh terhadap perlawanan dan kerinduan yang mendesak akan perdamaian.


3. Hizbullah Berjuang Melawan Israel

Tahun-tahun awal Hizbullah selama tahun 1980-an ditandai oleh kampanye bom bunuh diri yang brutal dan efektif, yang menargetkan kepentingan Amerika dan Eropa di Lebanon dengan konsekuensi yang menghancurkan. Serangan-serangan ini, yang menimbulkan banyak korban, menjadi taktik khas.

Namun, inti dari konflik yang berlangsung lama itu tetap memiliki tujuan bersama: perjuangan untuk membebaskan Palestina dan pemberantasan "entitas Zionis". Para pendukung Hizbullah meneriakkan slogan-slogan saat yang lain mengibarkan bendera selama unjuk rasa "kemenangan atas Israel", di pinggiran kota Beirut yang dibom, September 2006

"Berkembang di daerah Beirut Selatan, Hizbullah menemukan pijakannya saat Iran memanfaatkan momen itu untuk memajukan ambisi jangka panjangnya," jelas Sadler.

4. Mendapatkan Dukungan Penuh dari Iran

Ini menandai dimulainya era baru, dengan Teheran memanfaatkan Hizbullah untuk mempelopori strategi regional yang bertujuan memperluas kekuasaan dan pengaruhnya di kawasan itu.

Namun, inti dari konflik yang berlangsung lama itu tetap memiliki tujuan bersama: perjuangan untuk membebaskan Palestina dan pemberantasan "entitas Zionis".

5. Lebanon Tidak Memiliki Militer yang Kuat

Lebanon tidak memiliki presiden terpilih, jaringan listriknya hampir tidak ada, bandara utamanya hampir ditutup, dan militernya sebagian besar tidak berdaya melawan pemboman dan serangan udara Israel yang tiada henti. Seperti Gaza, negara itu mungkin akan segera terputus dari dunia luar.

Namun, penduduk sipil Lebanon sudah berada di ambang kehancuran. Dengan lebih dari satu juta orang mengungsi, potensi pertikaian internal akan semakin parah bahkan saat bantuan internasional datang untuk menyelamatkan mereka.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0657 seconds (0.1#10.140)