Ayatollah Khamenei Sentil AS dan Eropa setelah 180 Rudal Iran Serang Israel
loading...
A
A
A
Pejabat Israel telah memberi tahu rekan-rekan AS-nya bahwa mereka masih menyelesaikan target, waktu, dan cara untuk menanggapi serangan rudal Iran, menurut sumber di Washington yang mengetahui diskusi tersebut.
Israel mungkin tidak merasa perlu untuk segera membalas, mengingat keberhasilannya dalam menggagalkan serangan Iran. Namun, tampaknya tidak akan menunggu lama karena khawatir tindakan balasan akan kehilangan efektivitasnya sebagai pencegah jika ditunda, imbuh sumber AS tersebut.
Sumber itu melanjutkan, tidak seperti setelah serangan Iran pada bulan April, AS tidak mendesak Israel untuk menahan diri dari pembalasan tetapi ingin Israel mempertimbangkan dengan saksama konsekuensi potensial terlebih dahulu.
Presiden AS Joe Biden tidak mendukung serangan balasan Israel terhadap serangan nuklir Iran tetapi telah berusaha keras untuk membangun konsensus internasional yang luas untuk menanggapi serangan rudal Iran.
"Kami akan membahas dengan Israel apa yang akan mereka lakukan, tetapi ketujuh dari kami (negara G7) setuju bahwa mereka memiliki hak untuk menanggapi tetapi mereka harus menanggapi secara proporsional," kata Biden kepada wartawan sebelum menaiki Air Force One.
Dia mengatakan akan segera berbicara dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetapi tidak memberikan jadwal untuk panggilan telepon tersebut.
“Iran salah besar,” katanya. “Akan ada beberapa sanksi yang dijatuhkan pada Iran,” tegasnya.
Namun ketika ditanya apakah dia akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, Biden berkata: “Tidak.”
Sebelumnya Biden bergabung dalam perbincangan dengan negara-negara G7—AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris—mengenai krisis Israel-Iran karena perang proksi antara kedua musuh bebuyutan itu mengancam akan meluas menjadi konflik regional yang lebih besar.
"Mereka membahas serangan Iran yang tidak dapat diterima terhadap Israel dan perlunya tanggapan terkoordinasi, termasuk sanksi tambahan terhadap Iran," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan di Air Force One.
Israel mungkin tidak merasa perlu untuk segera membalas, mengingat keberhasilannya dalam menggagalkan serangan Iran. Namun, tampaknya tidak akan menunggu lama karena khawatir tindakan balasan akan kehilangan efektivitasnya sebagai pencegah jika ditunda, imbuh sumber AS tersebut.
Sumber itu melanjutkan, tidak seperti setelah serangan Iran pada bulan April, AS tidak mendesak Israel untuk menahan diri dari pembalasan tetapi ingin Israel mempertimbangkan dengan saksama konsekuensi potensial terlebih dahulu.
Presiden AS Joe Biden tidak mendukung serangan balasan Israel terhadap serangan nuklir Iran tetapi telah berusaha keras untuk membangun konsensus internasional yang luas untuk menanggapi serangan rudal Iran.
"Kami akan membahas dengan Israel apa yang akan mereka lakukan, tetapi ketujuh dari kami (negara G7) setuju bahwa mereka memiliki hak untuk menanggapi tetapi mereka harus menanggapi secara proporsional," kata Biden kepada wartawan sebelum menaiki Air Force One.
Dia mengatakan akan segera berbicara dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetapi tidak memberikan jadwal untuk panggilan telepon tersebut.
“Iran salah besar,” katanya. “Akan ada beberapa sanksi yang dijatuhkan pada Iran,” tegasnya.
Namun ketika ditanya apakah dia akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, Biden berkata: “Tidak.”
Sebelumnya Biden bergabung dalam perbincangan dengan negara-negara G7—AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris—mengenai krisis Israel-Iran karena perang proksi antara kedua musuh bebuyutan itu mengancam akan meluas menjadi konflik regional yang lebih besar.
"Mereka membahas serangan Iran yang tidak dapat diterima terhadap Israel dan perlunya tanggapan terkoordinasi, termasuk sanksi tambahan terhadap Iran," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan di Air Force One.