Serangan Udara Israel di Sekolah Gaza Tewaskan 29 Warga Palestina
loading...
A
A
A
Militer Israel belum mengomentari korban jiwa, tetapi mengatakan tentaranya terlibat dalam pertempuran jarak dekat dengan para pejuang Hamas.
Pertempuran sengit terjadi saat Direktur CIA William Burns dan Kepala Mossad Israel David Barnea bersiap untuk berangkat ke Qatar pada Rabu, setelah Burns mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Kairo, yang bertujuan mendorong gencatan senjata di Gaza.
Namun, serangan Israel yang baru telah mengancam perundingan di saat yang krusial dan dapat membawa negosiasi "kembali ke titik awal", menurut pemimpin Hamas Ismail Haniyeh seperti dikutip pada Senin.
Pada Selasa, video di media sosial menunjukkan keluarga-keluarga yang memenuhi gerobak keledai dan di belakang truk yang dipenuhi kasur dan barang-barang lainnya berjalan melalui jalan-jalan Kota Gaza untuk melarikan diri dari daerah-daerah di bawah perintah evakuasi Israel.
"Kota Gaza sedang dihancurkan. Inilah yang sedang terjadi. Israel memaksa kami meninggalkan rumah dalam keadaan terbakar," ungkap Um Tamer, seorang ibu tujuh anak, kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Dia mengatakan itu adalah ketujuh kalinya keluarganya meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza, di utara daerah kantong itu dan salah satu target pertama Israel pada awal perang pada Oktober.
"Kami tidak tahan lagi, cukup sudah kematian dan penghinaan ini. Akhiri perang sekarang juga," tegas dia.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan mereka "terkejut" dengan cara warga sipil, yang banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali, diperintahkan untuk pergi ke daerah-daerah di mana "operasi militer sedang berlangsung dan warga sipil terus terbunuh dan terluka".
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan semua klinik medisnya tidak beroperasi di Kota Gaza karena perintah evakuasi Israel yang telah mendorong ribuan orang ke arah barat menuju Mediterania dan ke selatan.
Jagan Chapagain, kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan di platform media sosial X bahwa, "Penutupan fasilitas medis vital ini memperburuk sistem perawatan kesehatan yang sudah buruk."
Pertempuran sengit terjadi saat Direktur CIA William Burns dan Kepala Mossad Israel David Barnea bersiap untuk berangkat ke Qatar pada Rabu, setelah Burns mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Kairo, yang bertujuan mendorong gencatan senjata di Gaza.
Namun, serangan Israel yang baru telah mengancam perundingan di saat yang krusial dan dapat membawa negosiasi "kembali ke titik awal", menurut pemimpin Hamas Ismail Haniyeh seperti dikutip pada Senin.
Pada Selasa, video di media sosial menunjukkan keluarga-keluarga yang memenuhi gerobak keledai dan di belakang truk yang dipenuhi kasur dan barang-barang lainnya berjalan melalui jalan-jalan Kota Gaza untuk melarikan diri dari daerah-daerah di bawah perintah evakuasi Israel.
"Kota Gaza sedang dihancurkan. Inilah yang sedang terjadi. Israel memaksa kami meninggalkan rumah dalam keadaan terbakar," ungkap Um Tamer, seorang ibu tujuh anak, kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Dia mengatakan itu adalah ketujuh kalinya keluarganya meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza, di utara daerah kantong itu dan salah satu target pertama Israel pada awal perang pada Oktober.
"Kami tidak tahan lagi, cukup sudah kematian dan penghinaan ini. Akhiri perang sekarang juga," tegas dia.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan mereka "terkejut" dengan cara warga sipil, yang banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali, diperintahkan untuk pergi ke daerah-daerah di mana "operasi militer sedang berlangsung dan warga sipil terus terbunuh dan terluka".
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan semua klinik medisnya tidak beroperasi di Kota Gaza karena perintah evakuasi Israel yang telah mendorong ribuan orang ke arah barat menuju Mediterania dan ke selatan.
Jagan Chapagain, kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan di platform media sosial X bahwa, "Penutupan fasilitas medis vital ini memperburuk sistem perawatan kesehatan yang sudah buruk."