Serangan Udara Israel di Sekolah Gaza Tewaskan 29 Warga Palestina

Rabu, 10 Juli 2024 - 11:13 WIB
loading...
Serangan Udara Israel...
Seorang anak duduk di tengah reruntuhan saat warga Palestina memeriksa rumah yang hancur akibat serangan Israel, di kamp pengungsian Nusairat, Jalur Gaza bagian tengah. Foto/Ramadan Abed/REUTERS
A A A
GAZA - Serangan udara Israel menewaskan 29 warga Palestina yang berlindung di tenda-tenda di luar sekolah di kota Abassan, dekat Khan Younis di Gaza selatan, menurut laporan Kantor Media Pemerintah Gaza.

“Tank-tank tentara Israel yang bergerak maju di Kota Gaza juga telah memaksa penduduk untuk melarikan diri di bawah tembakan,” ungkap pejabat Palestina.

“Pada Selasa (9/7/2024), satu serangan udara menghantam tenda-tenda keluarga pengungsi di luar sekolah di kota Abassan di sebelah timur Khan Younis di Gaza selatan, menewaskan 29 orang, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak,” papar pejabat medis Palestina.

Militer Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan tersebut.

Ismail al-Thawabta, direktur Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan puluhan orang lainnya tewas dalam serangan Israel lainnya di Gaza tengah.

“Sebanyak 60 warga Palestina tewas dalam serangan Israel pada Selasa,” ujar dia.

Warga di daerah kantong itu mengatakan tank-tank Israel yang masuk ke lingkungan Tal al-Hawa, Shujayea, dan Sabra di Kota Gaza menembaki jalan dan gedung, memaksa mereka meninggalkan rumah mereka.

Hal ini diikuti oleh perintah militer Israel untuk mengevakuasi beberapa distrik di Kota Gaza timur dan barat yang diunggah di media sosial, termasuk lingkungan-lingkungan ini.

"Kami menganggap pendudukan dan pemerintah Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas pembantaian mengerikan terhadap warga sipil," tegas al-Thawabta.

Di Kota Gaza, sayap bersenjata Hamas dan sekutunya Jihad Islam mengatakan para pejuang mereka memerangi pasukan Israel dengan senapan mesin, tembakan mortir, dan rudal antitank, yang menewaskan dan melukai tentara Israel.

Militer Israel belum mengomentari korban jiwa, tetapi mengatakan tentaranya terlibat dalam pertempuran jarak dekat dengan para pejuang Hamas.

Pertempuran sengit terjadi saat Direktur CIA William Burns dan Kepala Mossad Israel David Barnea bersiap untuk berangkat ke Qatar pada Rabu, setelah Burns mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Kairo, yang bertujuan mendorong gencatan senjata di Gaza.

Namun, serangan Israel yang baru telah mengancam perundingan di saat yang krusial dan dapat membawa negosiasi "kembali ke titik awal", menurut pemimpin Hamas Ismail Haniyeh seperti dikutip pada Senin.

Pada Selasa, video di media sosial menunjukkan keluarga-keluarga yang memenuhi gerobak keledai dan di belakang truk yang dipenuhi kasur dan barang-barang lainnya berjalan melalui jalan-jalan Kota Gaza untuk melarikan diri dari daerah-daerah di bawah perintah evakuasi Israel.

"Kota Gaza sedang dihancurkan. Inilah yang sedang terjadi. Israel memaksa kami meninggalkan rumah dalam keadaan terbakar," ungkap Um Tamer, seorang ibu tujuh anak, kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.

Dia mengatakan itu adalah ketujuh kalinya keluarganya meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza, di utara daerah kantong itu dan salah satu target pertama Israel pada awal perang pada Oktober.

"Kami tidak tahan lagi, cukup sudah kematian dan penghinaan ini. Akhiri perang sekarang juga," tegas dia.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan mereka "terkejut" dengan cara warga sipil, yang banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali, diperintahkan untuk pergi ke daerah-daerah di mana "operasi militer sedang berlangsung dan warga sipil terus terbunuh dan terluka".

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan semua klinik medisnya tidak beroperasi di Kota Gaza karena perintah evakuasi Israel yang telah mendorong ribuan orang ke arah barat menuju Mediterania dan ke selatan.

Jagan Chapagain, kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan di platform media sosial X bahwa, "Penutupan fasilitas medis vital ini memperburuk sistem perawatan kesehatan yang sudah buruk."

"Klinik dan titik medis ini sering kali menjadi satu-satunya jalur kehidupan bagi banyak warga sipil," papar dia.

Sebanyak 38.243 orang telah tewas dan 88.243 orang terluka dalam genosida Israel di Gaza sejak Oktober.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)