Invasi Jadi Hobi, Ini Daftar Perang AS di Timur Tengah dari Masa ke Masa
loading...
A
A
A
Dijuluki "Perang Melawan Teror", Washington dan sekutu Baratnya melancarkan perang besar dan invasi ke Afghanistan pada Oktober 2021.
Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Afghanistan telah mengalami perang tanpa henti selama 20 tahun, yang mengakibatkan kematian dan luka-luka—baik secara langsung maupun akibat kelaparan dan konflik yang terkait dengan perang— ratusan ribu warga Afghanistan.
Perang kedua yang dipimpin AS di Irak juga dilakukan dengan kedok memerangi terorisme, meskipun Irak tidak terbukti memiliki hubungan dengan serangan 11 September 2001, dan senjata pemusnah massal (WMD) juga tidak ditemukan di negara tersebut.
Tujuan resmi operasi militer tersebut, menurut Washington, adalah untuk melucuti senjata Irak demi mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan baik di kawasan Teluk maupun di Amerika Serikat.
Selain kematian lebih dari satu juta warga Irak, perang yang dipimpin AS telah mengguncang Timur Tengah hingga hari ini, yang mengakibatkan runtuhnya negara Irak dan bangkitnya militansi regional.
Setelah salah menafsirkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1973, AS dan anggota NATO lainnya melancarkan perang melawan Libya pada tanggal 19 Maret, yang dijuluki Operation Odyssey Dawn.
Meskipun perang tersebut pada akhirnya menyebabkan runtuhnya negara Libya, hal ini juga mengakibatkan perang saudara yang sama mematikannya dan perpecahan di negara tersebut, yang masih terjadi hingga hari ini.
AS dan sekutunya melakukan serangan militer terhadap kota Damaskus dan Homs di Suriah pada bulan April 2018, dengan tuduhan bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia dalam serangan di kota Douma.
Pada bulan Februari 2021, AS melakukan serangan udara di wilayah perbatasan di Suriah timur, mengeklaim bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas serangan sebelumnya terhadap pasukan AS dan koalisi di Irak.
Pada tahun 2014, AS dan anggota NATO lainnya, serta militer regional, mulai menyerang posisi-posisi para milisi radikal yang menamakan dirinya Islamic State atau ISIS.
Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Afghanistan telah mengalami perang tanpa henti selama 20 tahun, yang mengakibatkan kematian dan luka-luka—baik secara langsung maupun akibat kelaparan dan konflik yang terkait dengan perang— ratusan ribu warga Afghanistan.
8. Perang Kedua di Irak (2003–2011)
Perang kedua yang dipimpin AS di Irak juga dilakukan dengan kedok memerangi terorisme, meskipun Irak tidak terbukti memiliki hubungan dengan serangan 11 September 2001, dan senjata pemusnah massal (WMD) juga tidak ditemukan di negara tersebut.
Tujuan resmi operasi militer tersebut, menurut Washington, adalah untuk melucuti senjata Irak demi mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan baik di kawasan Teluk maupun di Amerika Serikat.
Selain kematian lebih dari satu juta warga Irak, perang yang dipimpin AS telah mengguncang Timur Tengah hingga hari ini, yang mengakibatkan runtuhnya negara Irak dan bangkitnya militansi regional.
9. Perang di Libya (2011)
Setelah salah menafsirkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1973, AS dan anggota NATO lainnya melancarkan perang melawan Libya pada tanggal 19 Maret, yang dijuluki Operation Odyssey Dawn.
Meskipun perang tersebut pada akhirnya menyebabkan runtuhnya negara Libya, hal ini juga mengakibatkan perang saudara yang sama mematikannya dan perpecahan di negara tersebut, yang masih terjadi hingga hari ini.
10. Serangan ke Suriah (2018)
AS dan sekutunya melakukan serangan militer terhadap kota Damaskus dan Homs di Suriah pada bulan April 2018, dengan tuduhan bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia dalam serangan di kota Douma.
11. Lagi, Serangan Suriah (2021)
Pada bulan Februari 2021, AS melakukan serangan udara di wilayah perbatasan di Suriah timur, mengeklaim bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas serangan sebelumnya terhadap pasukan AS dan koalisi di Irak.
12. Serangan di Kawasan Regional (2014–sekarang)
Pada tahun 2014, AS dan anggota NATO lainnya, serta militer regional, mulai menyerang posisi-posisi para milisi radikal yang menamakan dirinya Islamic State atau ISIS.