Invasi Jadi Hobi, Ini Daftar Perang AS di Timur Tengah dari Masa ke Masa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Secara historis, kebijakan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah didasarkan pada kekuatan senjata sebagai cara untuk memengaruhi geopolitik. Menginvasi negara lain seperti menjadi hobi dari negara Paman Sam.
Invasi terbaru AS dilakukan terhadap Yaman dengan klaim menargetkan situs-situs kelompok Houthi. Invasi yang dimulai pada Jumat dini hari itu juga melibatkan Inggris dengan rudal Tomahawk sebagai senjata andalan.
Ledakan besar terjadi di Sanaa, Hodeidah, dan kota-kota lain, kata gerakan Ansar Allah atau Houthi Yaman dan saksi mata, yang menyebabkan kematian lima orang dan melukai enam lainnya.
Tindakan tersebut terjadi setelah Washington dan London bersumpah untuk membalas tindakan Houthi yang mencegah kapal-kapal tujuan Israel melakukan perjalanan di Selat Bab Al-Mandab di Laut Merah.
Meski telah diserang AS dan Inggris, Houthi mengatakan bahwa mereka akan terus menargetkan kapal-kapal yang berangkat atau kembali dari pelabuhan Israel sampai Tel Aviv mengakhiri perang genosida di Gaza, Palestina.
Menolak untuk memberikan tekanan apa pun terhadap Israel, Washington memilih untuk menyerang target-target Houthi di Yaman.
Para pejabat AS—termasuk Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih John Kirby—mengatakan bahwa Washington berharap kelompok Houthi telah “menerima pesan tersebut”.
Merespons komentar itu, Houthi menegaskan bahwa demi membela rakyat Palestina di Gaza, mereka akan terus berdiri di pihak yang melawan kejahatan Israel.
Perang telah menjadi cara AS untuk memengaruhi geopolitik dan menyelesaikan masalah yang tidak dapat dicapai melalui cara lain di berbagai negara di Timur Tengah.
Invasi terbaru AS dilakukan terhadap Yaman dengan klaim menargetkan situs-situs kelompok Houthi. Invasi yang dimulai pada Jumat dini hari itu juga melibatkan Inggris dengan rudal Tomahawk sebagai senjata andalan.
Ledakan besar terjadi di Sanaa, Hodeidah, dan kota-kota lain, kata gerakan Ansar Allah atau Houthi Yaman dan saksi mata, yang menyebabkan kematian lima orang dan melukai enam lainnya.
Tindakan tersebut terjadi setelah Washington dan London bersumpah untuk membalas tindakan Houthi yang mencegah kapal-kapal tujuan Israel melakukan perjalanan di Selat Bab Al-Mandab di Laut Merah.
Meski telah diserang AS dan Inggris, Houthi mengatakan bahwa mereka akan terus menargetkan kapal-kapal yang berangkat atau kembali dari pelabuhan Israel sampai Tel Aviv mengakhiri perang genosida di Gaza, Palestina.
Menolak untuk memberikan tekanan apa pun terhadap Israel, Washington memilih untuk menyerang target-target Houthi di Yaman.
Para pejabat AS—termasuk Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih John Kirby—mengatakan bahwa Washington berharap kelompok Houthi telah “menerima pesan tersebut”.
Merespons komentar itu, Houthi menegaskan bahwa demi membela rakyat Palestina di Gaza, mereka akan terus berdiri di pihak yang melawan kejahatan Israel.
Perang AS di Timur Tengah dari Masa ke Masa
Perang telah menjadi cara AS untuk memengaruhi geopolitik dan menyelesaikan masalah yang tidak dapat dicapai melalui cara lain di berbagai negara di Timur Tengah.