8 Legasi Jacques Delors, Arsitek Uni Eropa yang Menata Masa Depan Barat
loading...
A
A
A
Masa jabatannya ternyata menjadi perjuangan sehari-hari untuk mengendalikan utang publik dan inflasi. Upayanya untuk memenuhi janji kampanye Mitterrand terhambat oleh lemahnya franc dan ancaman devaluasi yang terus-menerus.
Akhirnya, dia menolak tawaran Mitterrand untuk berperan sebagai perdana menteri dan memilih pekerjaan yang sebenarnya dia inginkan: presiden Komisi Eropa.
Dalam pidato pertamanya di Parlemen Eropa, Delors menegaskan bahwa integrasi Eropa bukan sekedar konsep politik, melainkan sebuah cita-cita. Alasan praktis utama keberadaannya, katanya, adalah untuk menjamin perdamaian di seluruh benua.
Di bawah pemimpin barunya, Komunitas Eropa menghadapi tantangan besar termasuk berakhirnya Perang Dingin, reunifikasi Jerman, dan perang di bekas Yugoslavia.
Keanggotaan organisasi ini juga berkembang pesat, dengan Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia dan Swedia semuanya bergabung.
Sejak menjabat pada tahun 1985, masa jabatan empat tahun pertama Delors di Brussel menunjukkan percepatan rencana pasar tunggal Eropa, bebas dari hambatan pergerakan barang, tenaga kerja, dan investasi.
Ide tersebut bukanlah ide baru – sudah ada sejak Perjanjian Roma tahun 1957 – namun dukungannya yang tak henti-hentinya terhadap ide tersebut, ditambah dengan pemulihan ekonomi di Eropa dan kerangka anggaran yang dinegosiasi ulang, menghidupkan kembali ide yang selama ini tidak terpakai.
Hal ini menjamin masa jabatan kedua bagi Delors sebagai presiden, dan selama masa jabatan tersebut ia tanpa kenal lelah berupaya mewujudkan Perjanjian Maastricht – yang menciptakan euro dan Uni Eropa modern.
Ia yakin bahwa Eropa harus menciptakan kesatuan ekonomi yang kuat – pasar tanpa batas – untuk bersaing dengan Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1988, Delors memperkirakan bahwa dalam satu dekade, Komisi Eropa akan mengambil 80% keputusan ekonomi dan sosial di negara anggotanya.
Akhirnya, dia menolak tawaran Mitterrand untuk berperan sebagai perdana menteri dan memilih pekerjaan yang sebenarnya dia inginkan: presiden Komisi Eropa.
Dalam pidato pertamanya di Parlemen Eropa, Delors menegaskan bahwa integrasi Eropa bukan sekedar konsep politik, melainkan sebuah cita-cita. Alasan praktis utama keberadaannya, katanya, adalah untuk menjamin perdamaian di seluruh benua.
Di bawah pemimpin barunya, Komunitas Eropa menghadapi tantangan besar termasuk berakhirnya Perang Dingin, reunifikasi Jerman, dan perang di bekas Yugoslavia.
Keanggotaan organisasi ini juga berkembang pesat, dengan Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia dan Swedia semuanya bergabung.
Sejak menjabat pada tahun 1985, masa jabatan empat tahun pertama Delors di Brussel menunjukkan percepatan rencana pasar tunggal Eropa, bebas dari hambatan pergerakan barang, tenaga kerja, dan investasi.
Ide tersebut bukanlah ide baru – sudah ada sejak Perjanjian Roma tahun 1957 – namun dukungannya yang tak henti-hentinya terhadap ide tersebut, ditambah dengan pemulihan ekonomi di Eropa dan kerangka anggaran yang dinegosiasi ulang, menghidupkan kembali ide yang selama ini tidak terpakai.
4. Mengusung Konsep Tidak Ada Batas
Undang-Undang Tunggal Eropa tahun 1987 mewajibkan negara-negara anggota untuk menghilangkan hambatan perdagangan internal pada tahun 1993.Hal ini menjamin masa jabatan kedua bagi Delors sebagai presiden, dan selama masa jabatan tersebut ia tanpa kenal lelah berupaya mewujudkan Perjanjian Maastricht – yang menciptakan euro dan Uni Eropa modern.
Ia yakin bahwa Eropa harus menciptakan kesatuan ekonomi yang kuat – pasar tanpa batas – untuk bersaing dengan Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1988, Delors memperkirakan bahwa dalam satu dekade, Komisi Eropa akan mengambil 80% keputusan ekonomi dan sosial di negara anggotanya.