8 Legasi Jacques Delors, Arsitek Uni Eropa yang Menata Masa Depan Barat

Kamis, 28 Desember 2023 - 11:11 WIB
loading...
A A A
Ia juga bertekad bahwa pasar tunggal Eropa tidak akan menjadi pasar kapitalis yang tidak terkendali, seperti di Amerika Serikat.

5. Pasar Tunggal Memiliki Dimensi Sosial yang Kuat

8 Legasi Jacques Delors, Arsitek Uni Eropa yang Menata Masa Depan Barat

Foto/Reuters

Bagi Delors, pasar seperti itu memerlukan dimensi sosial yang kuat dan pemerintah pusat yang kuat untuk menjaminnya.

Banyak orang di benua ini yang menerima gagasannya. Tapi Nyonya Thatcher menyebutnya tidak masuk akal.

“Eropa yang bersatu,” katanya, “tidak akan pernah terwujud seumur hidup saya dan saya harap tidak akan pernah terjadi sama sekali.”

The Sun memasuki perdebatan dengan memberi hormat dua jari di halaman depannya, di samping judul yang kini melegenda: Up Yours, Delors!

6. Kompromi Tak Bisa Dihindari

Pada bulan Februari 1992, Delors menyaksikan Perjanjian Maastricht ditandatangani.

Hal ini tidak menyelesaikan visinya tentang Eropa yang terintegrasi sepenuhnya. Perdana Menteri Inggris yang baru, John Major, telah menegosiasikan "opt-out" dari perjanjian dimensi sosial dan tidak berniat bergabung dengan mata uang tunggal.

Namun Delors mewarisi konfederasi negara-negara anggota yang longgar dan dalam satu dekade mengubahnya menjadi lebih dari itu.

Sisi negatifnya, ia harus menyadari bahwa Maastricht telah memicu perdebatan baru antara negara-negara yang menginginkan integrasi lebih lanjut dan negara-negara yang tidak menginginkannya.

Perjuangan John Major untuk meratifikasi perjanjian itu menghancurkan partai Konservatif. Rakyat Denmark memberikan suara tidak dalam referendum dan Perancis memang mengatakan oui, namun dengan selisih yang sangat tipis.

7. Tidak Mau Jadi Presiden Prancis meski Populer

Setelah meninggalkan jabatannya pada tahun 1994, Jacques Delors memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai calon presiden Prancis dari Partai Sosialis. Beberapa jajak pendapat menunjukkan bahwa ia mungkin menang, namun setelah berminggu-minggu merenung, ia menolaknya - sebuah keputusan yang kemudian ia gambarkan sebagai salah satu keputusan tersulit dalam hidupnya.

Dua dekade kemudian, ia menyaksikan putrinya Martine Aubry mencalonkan diri sebagai presiden, dan akhirnya kalah dalam nominasi Partai Sosialis dari François Hollande. Dia kemudian menjadi walikota Lille.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1360 seconds (0.1#10.140)