Tak Hanya 2 Kapal Induk, AS Siap Kerahkan Sistem Rudal THAAD dan Patriot Bela Israel

Senin, 23 Oktober 2023 - 09:22 WIB
loading...
Tak Hanya 2 Kapal Induk, AS Siap Kerahkan Sistem Rudal THAAD dan Patriot Bela Israel
Amerika Serikat bersiap kerahkan sistem rudal Patriot dan THAAD tambahan ke Timur Tengah untuk membela Israel. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana untuk mengirim sistem rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan Patriot dalam jumlah yang tidak diungkapkan ke Timur Tengah.

Dua alasan utama pengerahan sistem rudal tambahan itu adalah untuk membantu pertahanan Israel dan melindungi tentara Amerika yang berada di Timur Tengah.

Pengumuman Depertemen Pertahanan muncul Sabtu malam ketika situasi di Timur Tengah genting terkait kekhawatiran perang Israel-Hamas akan menyeret pihak lain dan meluas ke berbagai wilayah di kawasan tersebut.



Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengonfirmasi bahwa AS akan mengerahkan baterai THAAD dan Patriot tambahan ke lokasi di seluruh Timur Tengah untuk meningkatkan perlindungan kekuatan bagi pasukan AS di sana.

“Setelah diskusi terperinci dengan Presiden [Joe] Biden mengenai eskalasi yang dilakukan Iran dan pasukan proksinya di kawasan Timur Tengah baru-baru ini, hari ini saya mengarahkan serangkaian langkah tambahan untuk lebih memperkuat postur Departemen Pertahanan di kawasan,” kata Austin dalam siaran persnya.

“Langkah-langkah ini akan meningkatkan upaya pencegahan regional, meningkatkan perlindungan pasukan AS di wilayah tersebut, dan membantu pertahanan Israel,” imbuh bos Pentagon.

Austin mencantumkan pengerahan THAAD dan Patriot di samping langkah-langkah lain yang telah diambil, termasuk pengerahan dua kelompok tempur kapal induk ke Mediterania Timur dan wilayah tanggung jawab CENTCOM untuk memperkuat kemampuan AS.

“Akhirnya, saya telah menempatkan sejumlah pasukan tambahan untuk bersiap mengerahkan perintah sebagai bagian dari perencanaan darurat yang bijaksana, untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan mereka untuk merespons dengan cepat jika diperlukan,” katanya.

Menteri Pertahanan AS tidak menguraikan rincian mengenai dugaan eskalasi yang dilakukan Iran dan pasukan proksinya.

Sampai saat ini, pernyataan musuh bebuyutan Israel mengenai krisis Palestina-Israel tetap terukur dan terkendali, di mana Teheran tidak hanya menyangkal ada hubungannya dengan serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, namun juga bergabung dengan Rusia, China, Turki, dan negara-negara lain menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.

Krisis ini telah meningkat melampaui perbatasan Palestina dan Israel, dengan IDF melancarkan serangkaian serangan udara ke Suriah (sekutu regional utama Iran). IDF juga dan menargetkan milisi Hizbullah di Lebanon selatan (yang juga merupakan sekutu Iran) setelah kelompok itu mengancam akan membuka serangan “front kedua” melawan Tel Aviv jika militer Zionis nekat meluncurkan invasi darat ke Gaza.

“Saya pikir pengerahan THAAD dan sistem pertahanan udara lainnya dengan jelas menunjukkan bahwa Amerika Serikat terlibat dalam hal ini dan [akan] mendukung Israel dengan sangat, sangat kuat dan melindungi aset-aset Amerika di wilayah tersebut,” kata Michael Maloof, mantan analis kebijakan keamanan Kantor Menteri Pertahanan AS, kepada Sputnik, Senin (23/10/2023).

"[Pasukan] Amerika Serikat saat ini tersebar di seluruh Timur Tengah. Di sekitar Iran saja terdapat sekitar 35 pangkalan AS, dan ini sungguh luar biasa,” ujar pakar tersebut.

Menunjuk pada serangan roket dan pesawat tak berawak kelompok milisi terhadap pasukan AS di Suriah dan Irak sebagai tanda-tanda eskalasi dengan Iran, Maloof mengatakan bahwa pengerahan sistem pertahanan rudal mungkin merupakan upaya Washington untuk mengirim “sinyal” ke Teheran bahwa AS akan bertahan terhadap serangan terhadap aset-asetnya.

“Hal ini sejalan dengan komitmen yang dibuat Biden kepada Perdana Menteri [Bejamin] Netanyahu dari Israel bahwa Amerika Serikat akan 'mendukung mereka sepenuhnya'. Jadi ini bisa menjadi perkembangan yang signifikan yang memberi tahu Iran bahwa mereka sedang 'bermain'," kata Malof.

Masalah dengan strategi AS, tegas Maloof, adalah bahwa Washington hanya bereaksi terhadap kejadian yang terjadi segera, alih-alih melihat atau menganalisis bagaimana eskalasi regional dimulai.

“Mereka tidak melihat apa yang menyebabkan semua ini. Dan ini adalah hal yang tidak diketahui atau hanya ingin diabaikan oleh orang-orang karena ancaman yang akan segera terjadi. Seorang menteri Israel pada dasarnya mengatakan bahwa jika Hizbullah menyerang di luar Lebanon, [Israel] akan menyerang ‘kepala ular’. Mereka telah mendefinisikan kepala ular sebagai Iran. Jadi perang ini, potensi perang ini akan meningkat dengan sangat cepat, terutama jika Israel tidak hanya menyerang Gaza, namun jika perang [meluas] di utara hingga ke Lebanon," papar Maloof.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1006 seconds (0.1#10.140)