Kata Musuh Putin, Begini Cara Akhiri Perang Rusia-Ukraina
loading...
A
A
A
LONDON - Mikhail Khodorkovsky, musuh Presiden Rusia Vladimir Putin yang diasingkan, telah mengungkap cara untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Menurut tokoh oposisi terkemuka Rusia tersebut, perang tidak akan berakhir sampai Putin meninggalkan kekuasaannya.
Pernah menjadi orang terkaya di Rusia saat memimpin perusahaan energi Yukos, Khodorkovsky dipenjara selama satu dekade atas tuduhan yang dianggap bermotif politik setelah dia mengkritik korupsi. Dia diampuni oleh Putin pada tahun 2013.
Bukunya "How to Slay a Dragon", yang dirilis akhir bulan ini di Amerika Serikat (AS), menggambarkan bagaimana sebuah revolusi diperlukan untuk mengantarkan demokrasi dan memutus siklus sejarah otokrasi Rusia.
Khodorkovsky mengatakan bahwa konflik di Ukraina tidak memberikan keuntungan bagi oposisi Rusia saat ini karena, meskipun banyak pasukan Moskow yang hilang dan mundur, masyarakat Rusia tidak melihat perang sebagai sesuatu yang melemahkan rezim Putin.
“Tentu saja, secara teoritis jika Putin kehilangan Crimea, maka hal itu akan melemahkan otoritasnya,” katanya dari kantor pusatnya di London, tempat Open Russia Foundation bekerja untuk mengembangkan masyarakat sipil di tanah kelahirannya.
Dia percaya bahwa setiap negosiasi antara Moskow dan Kyiv untuk mengakhiri perang akan berada di tangan Putin.
“Mari kita asumsikan mereka setuju, ‘kita berhenti di tempat kita berada’. Akankah Rusia hidup lebih baik sebagai hasilnya? Tidak, karena sanksi tidak akan hilang, perekonomian Rusia tidak akan menjadi lebih baik," paparnya kepada Newsweek, Jumat (6/10/2023).
“Anda harus melakukan sesuatu terhadap wilayah yang telah diduduki, tetapi jika tidak ada lagi perang, Anda tidak dapat menjadikan hal itu sebagai alasan, jadi apa hasilnya? Putin harus memulai perang baru dalam periode waktu dekat," lanjut dia.
Menurut tokoh oposisi terkemuka Rusia tersebut, perang tidak akan berakhir sampai Putin meninggalkan kekuasaannya.
Pernah menjadi orang terkaya di Rusia saat memimpin perusahaan energi Yukos, Khodorkovsky dipenjara selama satu dekade atas tuduhan yang dianggap bermotif politik setelah dia mengkritik korupsi. Dia diampuni oleh Putin pada tahun 2013.
Bukunya "How to Slay a Dragon", yang dirilis akhir bulan ini di Amerika Serikat (AS), menggambarkan bagaimana sebuah revolusi diperlukan untuk mengantarkan demokrasi dan memutus siklus sejarah otokrasi Rusia.
Khodorkovsky mengatakan bahwa konflik di Ukraina tidak memberikan keuntungan bagi oposisi Rusia saat ini karena, meskipun banyak pasukan Moskow yang hilang dan mundur, masyarakat Rusia tidak melihat perang sebagai sesuatu yang melemahkan rezim Putin.
“Tentu saja, secara teoritis jika Putin kehilangan Crimea, maka hal itu akan melemahkan otoritasnya,” katanya dari kantor pusatnya di London, tempat Open Russia Foundation bekerja untuk mengembangkan masyarakat sipil di tanah kelahirannya.
Dia percaya bahwa setiap negosiasi antara Moskow dan Kyiv untuk mengakhiri perang akan berada di tangan Putin.
“Mari kita asumsikan mereka setuju, ‘kita berhenti di tempat kita berada’. Akankah Rusia hidup lebih baik sebagai hasilnya? Tidak, karena sanksi tidak akan hilang, perekonomian Rusia tidak akan menjadi lebih baik," paparnya kepada Newsweek, Jumat (6/10/2023).
“Anda harus melakukan sesuatu terhadap wilayah yang telah diduduki, tetapi jika tidak ada lagi perang, Anda tidak dapat menjadikan hal itu sebagai alasan, jadi apa hasilnya? Putin harus memulai perang baru dalam periode waktu dekat," lanjut dia.