Dirudal Besar-besaran Rusia, Ukraina Minta Lebih Banyak Sistem Misil Patriot
loading...
A
A
A
Layanan militer Odesa, seperti dikutip BBC, Kamis (20/7/2023), mengatakan gempuran rudal dan drone Rusia itu sebagai "serangan yang benar-benar besar". Gelombang serangan tersebut menghantam target di sepanjang pantai Laut Hitam Ukraina.
Serangan itu merupakan serangan malam kedua berturut-turut di wilayah tersebut.
Kremlin mengeklaim bahwa permintaan ekspornya berdasarkan kesepakatan itu tidak dihormati dan terpaksa menarik diri keluar dari kesepakatan tersebut hanya beberapa jam sebelum meluncurkan serangan besar-besaran.
"Malam serangan udara yang sulit untuk seluruh Ukraina," kata Kepala Administrasi Militer Kota Kyiv, Serhii Popko, dalam sebuah pernyataan di media sosial.
Pasukan Ukraina mampu menembak jatuh sekitar 37 rudal, menurut para pejabat Kyiv, tetapi banyak yang berhasil menembus pertahanan. "Saya melihat kilatan merah di jendela dan langsung bereaksi," kata seorang penduduk di Odesa kepada Reuters.
"Saya turun ke bawah, berisik dan dipenuhi asap di luar, orang-orang panik, ada yang menangis, pecahan kaca berserakan. Tidak mungkin untuk tetap berada di daerah ini."
Menurut laporan AP, harga biji-bijian naik lebih dari 3% pada Rabu karena Rusia meluncurkan serangannya di Odesa. Langkah Kremlin menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian juga memicu kekhawatiran akan stabilitas pasar.
"[Presiden Rusia Vladimir] Putin tidak hanya meledakkan Black Sea Grain Initiative; sekarang dia telah menghantam kota pelabuhan Odesa dengan hujan bom untuk malam kedua berturut-turut," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di Twitter.
"Dengan melakukan itu, dia merampok dunia dari harapan biji-bijian Ukraina. Setiap bomnya juga menghantam orang-orang termiskin di dunia."
Rusia menyebut serangan itu sebagai "serangan balas dendam massal", terjadi Jembatan Crimea yang dibangun Moskow di atas selat Kerch diserang drone yang menewaskan pasangan suami istri Rusia.
Serangan itu merupakan serangan malam kedua berturut-turut di wilayah tersebut.
Kremlin mengeklaim bahwa permintaan ekspornya berdasarkan kesepakatan itu tidak dihormati dan terpaksa menarik diri keluar dari kesepakatan tersebut hanya beberapa jam sebelum meluncurkan serangan besar-besaran.
"Malam serangan udara yang sulit untuk seluruh Ukraina," kata Kepala Administrasi Militer Kota Kyiv, Serhii Popko, dalam sebuah pernyataan di media sosial.
Pasukan Ukraina mampu menembak jatuh sekitar 37 rudal, menurut para pejabat Kyiv, tetapi banyak yang berhasil menembus pertahanan. "Saya melihat kilatan merah di jendela dan langsung bereaksi," kata seorang penduduk di Odesa kepada Reuters.
"Saya turun ke bawah, berisik dan dipenuhi asap di luar, orang-orang panik, ada yang menangis, pecahan kaca berserakan. Tidak mungkin untuk tetap berada di daerah ini."
Menurut laporan AP, harga biji-bijian naik lebih dari 3% pada Rabu karena Rusia meluncurkan serangannya di Odesa. Langkah Kremlin menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian juga memicu kekhawatiran akan stabilitas pasar.
"[Presiden Rusia Vladimir] Putin tidak hanya meledakkan Black Sea Grain Initiative; sekarang dia telah menghantam kota pelabuhan Odesa dengan hujan bom untuk malam kedua berturut-turut," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di Twitter.
"Dengan melakukan itu, dia merampok dunia dari harapan biji-bijian Ukraina. Setiap bomnya juga menghantam orang-orang termiskin di dunia."
Rusia menyebut serangan itu sebagai "serangan balas dendam massal", terjadi Jembatan Crimea yang dibangun Moskow di atas selat Kerch diserang drone yang menewaskan pasangan suami istri Rusia.