Dirudal Besar-besaran Rusia, Ukraina Minta Lebih Banyak Sistem Misil Patriot

Kamis, 20 Juli 2023 - 05:01 WIB
loading...
Dirudal Besar-besaran Rusia, Ukraina Minta Lebih Banyak Sistem Misil Patriot
Ukraina minta lebih banyak sistem rudal Patriot kepada sekutu Baaratnya setelah diserang Rusia secara besar-besaran. Foto/REUTERS
A A A
KYIV - Presiden Volodymyr Zelensky meminta lebih banyak sistem pertahanan yang lebih modern, seperti sistem Patriot, untuk melindungi kota-kota Ukraina dari serangan rudal besar-besaran Rusia.

Permintaan itu disampaikan hari Rabu setelah infrastruktur strategis penting di sekitat Odesa, salah satu pelabuhan utama Ukraina untuk mengekspor biji-bijian, diserang rudal Rusia.

"Perlu untuk memastikan pertahanan udara dari semua kota Ukraina, terutama yang memasok militer, yang dilalui oleh koridor logistik utama, di mana infrastruktur strategis dan fasilitas nuklir berada," kata Zelensky, seperti dikutip Al Arabiya, Kamis (20/7/2023).

"Sistem seperti SAMP/T dan Patriot dapat melindungi infrastruktur pelabuhan Ukraina. Mereka dapat disediakan oleh masing-masing negara bagian," ujarnya.



“Saya sudah bernegosiasi dengan [Presiden Prancis] Emmanuel Macron dan [Perdana Menteri Italia] Giorgia Meloni, dan ada sistem SAMP/T. Mereka bekerja dengan sempurna. Jika kami memiliki sistem tambahan, mereka akan melindungi infrastruktur Odesa, bukan hanya pelabuhannya. Atau bisa juga sistem Patriot,” papar Zelensky.

Ukraina telah lama berargumen bahwa ia tidak memiliki sistem pertahanan udara untuk melindungi seluruh wilayahnya dari serangan Rusia.

Kyiv mengatakan Rusia menghancurkan infrastruktur ekspor biji-bijian dalam serangan terhadap dua pelabuhan Laut Hitamnya. Serangan itu dilakukan dengan rudal jelajah berbasis udara, darat dan laut, termasuk Kalibr, dan 32 drone buatan Iran.

Angkatan Udara Ukraina mengatakan Rusia menembakkan 16 rudal jelajah Kalibr, delapan rudal jelajah X-22, enam rudal jelajah Oniks, sebuah peluru kendali X-59 dan 32 serangan UAV Shahed-136/13 di Ukraina dari Selasa malam hingga Rabu pagi.

Serangan besar-besaran Rusia terhadap fasilitas biji-bijian dan infrastruktur ekspor Ukraina terjadi setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian internasional (Black Sea Grain Initiative) yang memungkinkan Kyiv mengekspor bahan pangan melintasi Laut Hitam.

Layanan militer Odesa, seperti dikutip BBC, Kamis (20/7/2023), mengatakan gempuran rudal dan drone Rusia itu sebagai "serangan yang benar-benar besar". Gelombang serangan tersebut menghantam target di sepanjang pantai Laut Hitam Ukraina.

Serangan itu merupakan serangan malam kedua berturut-turut di wilayah tersebut.

Kremlin mengeklaim bahwa permintaan ekspornya berdasarkan kesepakatan itu tidak dihormati dan terpaksa menarik diri keluar dari kesepakatan tersebut hanya beberapa jam sebelum meluncurkan serangan besar-besaran.

"Malam serangan udara yang sulit untuk seluruh Ukraina," kata Kepala Administrasi Militer Kota Kyiv, Serhii Popko, dalam sebuah pernyataan di media sosial.

Pasukan Ukraina mampu menembak jatuh sekitar 37 rudal, menurut para pejabat Kyiv, tetapi banyak yang berhasil menembus pertahanan. "Saya melihat kilatan merah di jendela dan langsung bereaksi," kata seorang penduduk di Odesa kepada Reuters.

"Saya turun ke bawah, berisik dan dipenuhi asap di luar, orang-orang panik, ada yang menangis, pecahan kaca berserakan. Tidak mungkin untuk tetap berada di daerah ini."

Menurut laporan AP, harga biji-bijian naik lebih dari 3% pada Rabu karena Rusia meluncurkan serangannya di Odesa. Langkah Kremlin menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian juga memicu kekhawatiran akan stabilitas pasar.

"[Presiden Rusia Vladimir] Putin tidak hanya meledakkan Black Sea Grain Initiative; sekarang dia telah menghantam kota pelabuhan Odesa dengan hujan bom untuk malam kedua berturut-turut," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di Twitter.

"Dengan melakukan itu, dia merampok dunia dari harapan biji-bijian Ukraina. Setiap bomnya juga menghantam orang-orang termiskin di dunia."

Rusia menyebut serangan itu sebagai "serangan balas dendam massal", terjadi Jembatan Crimea yang dibangun Moskow di atas selat Kerch diserang drone yang menewaskan pasangan suami istri Rusia.

Jembatan Crimea merupakan jembatan terpanjang di Eropa yang menghubungkan Crimea dengan daratan Rusia. Pejabat Ukraina telah mengisyaratkan bahwa pasukannya bertanggung jawab atas serangan terhadap Jembatan Crimea, tetapi berhenti mengklaim tanggung jawab secara resmi.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1081 seconds (0.1#10.140)