Ulama Syiah Irak: Gempa Turki-Suriah 'Hukuman Ilahi' untuk Respons Lemah Pembakaran Al-Quran
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Ulama Syiah Irak, Muqtada al-Sadr, memicu kemarahan di dunia maya setelah menyebut gempat dahsyat yang melanda Turki dan Suriah pada Senin lalu dipicu oleh lemahnya respons negara-negara Arab dan Muslim atas pembakaran al-Quran di Eropa.
Sadr sebelumnya memposting pernyataan belasungkawa kepada rakyat Turki dan Suriah setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Turki selatan pada Senin pagi.
Sadr sebelumnya memposting pernyataan belasungkawa kepada rakyat Turki dan Suriah, setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda Turki selatan pada Senin pagi.
“Jika negara-negara Arab dan Muslim telah mengambil sikap terhormat dalam membela al-Quran yang mulia… bahkan jika itu pada tingkat seperti menutup kedutaan Swedia di negara mereka atau mengurangi perwakilan diplomatik, Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mengirimkan pesan (gempa dahsyat)," tulisnya di Twitter pada Selasa lalu seperti dikutip dari New Arab, Jumat (10/2/2023).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa lalu mengatakan gempa itu adalah bencana "terburuk" yang pernah dialami negara tersebut.
Gempa itu memiliki efek menghancurkan yang sama di wilayah luas di Suriah utara, yang telah menderita konflik 12 tahun dan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Jadi untuk berapa lama? Berapa lama lagi jarak dari Tuhan, kitab suci-Nya dan kesucian-Nya?" tanya al-Sadr, saat dia mencela "pembakaran Taurat yang tidak dapat diterima oleh sebagian Muslim" sebagai tanggapan atas pembakaran al-Quran.
Negara-negara Arab dan Muslim di seluruh dunia mengecam pembakaran kitab suci umat Islam pada bulan lalu di Stockholm oleh aktivis anti-Islam Rasmus Paludan, seorang berkebangsaan ganda Denmark-Swedia.
Sadr sebelumnya memposting pernyataan belasungkawa kepada rakyat Turki dan Suriah setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Turki selatan pada Senin pagi.
Sadr sebelumnya memposting pernyataan belasungkawa kepada rakyat Turki dan Suriah, setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda Turki selatan pada Senin pagi.
“Jika negara-negara Arab dan Muslim telah mengambil sikap terhormat dalam membela al-Quran yang mulia… bahkan jika itu pada tingkat seperti menutup kedutaan Swedia di negara mereka atau mengurangi perwakilan diplomatik, Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mengirimkan pesan (gempa dahsyat)," tulisnya di Twitter pada Selasa lalu seperti dikutip dari New Arab, Jumat (10/2/2023).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa lalu mengatakan gempa itu adalah bencana "terburuk" yang pernah dialami negara tersebut.
Gempa itu memiliki efek menghancurkan yang sama di wilayah luas di Suriah utara, yang telah menderita konflik 12 tahun dan krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Jadi untuk berapa lama? Berapa lama lagi jarak dari Tuhan, kitab suci-Nya dan kesucian-Nya?" tanya al-Sadr, saat dia mencela "pembakaran Taurat yang tidak dapat diterima oleh sebagian Muslim" sebagai tanggapan atas pembakaran al-Quran.
Negara-negara Arab dan Muslim di seluruh dunia mengecam pembakaran kitab suci umat Islam pada bulan lalu di Stockholm oleh aktivis anti-Islam Rasmus Paludan, seorang berkebangsaan ganda Denmark-Swedia.