Sebelum Pelantikan Trump, Biden Janji Persenjatai Ukraina Sebanyak Mungkin
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berupaya memperkuat Kiev sebanyak mungkin selama sisa masa jabatannya sebagai kepala negara sebelum Donald Trump, yang memenangkan pemilihan, berkuasa pada akhir Januari.
Melansir Bloomberg, langkah Biden tersebut menjelaskan keputusan terbaru Biden terkait Ukraina, termasuk izin untuk menggunakan rudal jarak jauh dan persetujuan pengiriman ranjau antipersonel.
Pada saat yang samapilihan Biden sangat terbatas, karena sebagian besar dana yang tersisa untuk Kiev hanya dapat digunakan untuk senjata yang sudah tersedia di Pentagon.
Dengan demikian, tidak boleh ada alokasi yang terlalu banyak, jika tidak maka akan membahayakan kemampuan pertahanan Amerika Serikat sendiri.
Pemerintahan Biden mempertimbangkan kemungkinan seruan publik untuk undangan resmi bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO, tetapi memutuskan bahwa kemungkinan seruan ini berhasil akan terlalu rendah. Sebaliknya, otoritas AS saat ini sedang mempertimbangkan sejumlah perjanjian bilateral dengan Kiev di bidang keamanan.
Rusia percaya bahwa pasokan senjata ke Ukraina menghambat penyelesaian dan secara langsung melibatkan negara-negara NATO dalam konflik tersebut. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mencatat bahwa setiap kargo yang berisi senjata untuk Kiev akan menjadi target yang sah bagi Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis bahwa Ukraina menembakkan rudal ATACMS yang dipasok AS dan Storm Shadows milik Inggris ke fasilitas di wilayah Kursk dan Bryansk pada tanggal 19 November.
Rusia menanggapi dengan meluncurkan serangan gabungan terhadap kompleks industri pertahanan di Dnepropetrovsk pada hari Kamis menggunakan rudal Oreshnik.
Melansir Bloomberg, langkah Biden tersebut menjelaskan keputusan terbaru Biden terkait Ukraina, termasuk izin untuk menggunakan rudal jarak jauh dan persetujuan pengiriman ranjau antipersonel.
Pada saat yang samapilihan Biden sangat terbatas, karena sebagian besar dana yang tersisa untuk Kiev hanya dapat digunakan untuk senjata yang sudah tersedia di Pentagon.
Dengan demikian, tidak boleh ada alokasi yang terlalu banyak, jika tidak maka akan membahayakan kemampuan pertahanan Amerika Serikat sendiri.
Pemerintahan Biden mempertimbangkan kemungkinan seruan publik untuk undangan resmi bagi Ukraina untuk bergabung dengan NATO, tetapi memutuskan bahwa kemungkinan seruan ini berhasil akan terlalu rendah. Sebaliknya, otoritas AS saat ini sedang mempertimbangkan sejumlah perjanjian bilateral dengan Kiev di bidang keamanan.
Rusia percaya bahwa pasokan senjata ke Ukraina menghambat penyelesaian dan secara langsung melibatkan negara-negara NATO dalam konflik tersebut. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mencatat bahwa setiap kargo yang berisi senjata untuk Kiev akan menjadi target yang sah bagi Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis bahwa Ukraina menembakkan rudal ATACMS yang dipasok AS dan Storm Shadows milik Inggris ke fasilitas di wilayah Kursk dan Bryansk pada tanggal 19 November.
Rusia menanggapi dengan meluncurkan serangan gabungan terhadap kompleks industri pertahanan di Dnepropetrovsk pada hari Kamis menggunakan rudal Oreshnik.
(ahm)