Perjanjian Raja Abdulaziz dan Roosevelt, Cikal Bakal Arab Saudi Jadi Sekutu AS

Kamis, 15 Desember 2022 - 15:34 WIB
Ketika Joe Biden melenggang ke Gedung Putih sebagai Presiden AS pada Januari 2021, dia benar-benar mengabaikan Pangeran Mohammed sebagai pemimpin de facto Saudi.

Sepanjang kampanye pemilihan presidennya, Biden bersumpah untuk menghukum Pangeran Mohammed bin Salman, yang dituduh oleh CIA terlibat langsung dalam pembunuhan jurnalis Washington Post; Jamal Khashoggi, tahun 2018 di Konsulat Saudi di Istanbul.



Itulah mengapa Biden sengaja memilih untuk tidak menelepon sang pangeran setelah dia terpilih sebagai presiden AS.

Biden bersikeras akan berbicara dengan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dengan syarat putranya; Pangeran Mohammed bin Salman, tidak mendengarkan atau bergabung dalam diskusi.

Biden juga menghapus kelompok Houthi di Yaman dari daftar kelompok teroris, yang membuat marah Pangeran Mohammed bin Salman, yang menanggapinya dengan mendekatkan diri ke Rusia dan China.

Pemimpin de factor Saudi itu kemudian menolak untuk meningkatkan produksi minyak ketika diminta oleh AS untuk melakukannya, dan bertindak sebagai pemasok alternatif untuk minyak dan gas Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.

Beberapa media global melaporkan bahwa Mohammed bin Salman menolak menerima telepon dari Biden yang diatur oleh Gedung Putih.

Menurut Wall Street Journal, Mohammed bin Salman meneriaki Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan selama pertemuan ketika nama Khashoggi disebut-sebut.

Pangeran Mohammed bin Salman menunjukkan bahwa dia tidak ingin membahas masalah itu lagi, dan mengatakan bahwa AS dapat melupakan permintaannya untuk menggandakan produksi minyak Arab Saudi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More