Berani Menghukum Rusia atas Invasi ke Ukraina, Ini Alasan Singapura

Sabtu, 02 April 2022 - 14:43 WIB
Perdana Menteri Lee Hsien Loong memberi jawaban mengapa Singapura berani menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Foto/Channel News Asia
SINGAPURA - Singapura mengambil sikap tegas dengan menghukum atau menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina . Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong memberi alasan atas keputusan berani negaranya.

Dia mengatakan Singapura memilih untuk menegakkan prinsip utama yang sesuai dengan kepentingan nasional jangka panjangnya, yaitu kedaulatan dan integritas teritorial semua negara.

Posisi ini, kata dia, adalah salah satu yang diambil Singapura secara konsisten selama bertahun-tahun. Dia menyampaikan hal itu kepada media Singapura setelah mengakhiri kunjungan kerja selama seminggu ke Amerika Serikat (AS).

Ditanya tentang apa yang akan dia katakan kepada warga Singapura yang mungkin khawatir bahwa negara itu memilih berpihak, Lee menjawab: “Kami telah memilih prinsip dan kami menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang sesuai dengan kepentingan nasional jangka panjang kami, dan kami menjunjungnya secara konsisten.”





Salah satu prinsip fundamental tersebut adalah tidak melanggar integritas teritorial dan kedaulatan negara, yang diabadikan dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sekarang “dipertaruhkan” di tengah konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

“Itu adalah prinsip dasar yang sangat penting bagi kami karena jika itu diperebutkan, maka apa dasar kami untuk mengatakan bahwa kami berhak untuk hidup, dan untuk keamanan dan keselamatan di dunia,” kata PM Lee, seperti dikutip Channel News Asia, Sabtu (2/4/2022).

“Oleh karena itu, kami mengambil sikap yang kuat,” ujarnya, menunjuk pada pengumuman negara itu pada Februari untuk menjatuhkan sanksi keuangan dan kontrol ekspor pada Rusia.

"Singapura telah mengambil pendirian yang jelas ini secara konsisten selama bertahun-tahun, seperti ketika menentang invasi Vietnam ke Kamboja pada tahun 1978," kata Lee.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More