Inggris Bangun Jaringan Kebebasan Global, Puji Peran Indonesia

Senin, 13 Desember 2021 - 15:42 WIB
“Mereka mengakui kami adalah negara adidaya sains dan teknologi, rumah bagi unicorn teknologi terbesar ketiga di dunia. Mereka tahu bahwa kita adalah kekuatan ekonomi yang besar, dengan pertumbuhan yang lebih cepat daripada negara G7 lainnya,” ungkap dia.

Dia menambahkan, “Dari The Beatles hingga Sarah Gilbert (salah satu kekuatan pendorong di belakang vaksin Oxford-AstraZeneca) hingga Tim Berners-Lee (penemu World Wide Web), kami memiliki pengaruh yang tak tertandingi di dunia.”

Bukti dari hal ini dapat ditemukan dalam tabel kemampuan geopolitik Henry Jackson Society, yang menempatkan Inggris sebagai negara paling kuat kedua di dunia.

Kekuatan itu didasarkan pada kemampuan dan hubungan diplomatik, keuangan dan budaya di seluruh dunia; setidaknya melalui persatuan dengan teman dan keluarga melalui kelompok negara Persemakmuran, yang mencakup sepertiga populasi dunia.

Menteri Luar Negeri Truss menjelaskan bagaimana Inggris akan terlibat dengan negara lain. “Kami tidak akan menceramahi orang lain, sebaliknya kami akan memimpin dengan memberi contoh. Kami tidak akan menunjukkan kekhawatiran namun sebaliknya kami akan menjangkau dengan ide dan inspirasi kami,” ujar dia.

“Kami akan mengambil langkah komersil tanpa ragu-ragu, menampung delegasi bisnis dari kota-kota kami di seluruh Inggris, dan membuka jalan menuju perjanjian perdagangan, teknologi dan keamanan yang baru,” tutur dia.

Ekonomi, Perdagangan dan Investasi

Menteri Luar Negeri Truss membedakan apa yang ingin dilakukan Inggris dari yang lain, dengan mengatakan, “Musuh kami berusaha menggunakan ekonomi dan teknologi sebagai alat kontrol. Kami ingin menggunakannya sebagai alat pembebasan. Dan kami akan menggunakan semua pengaruh, ide, dan inspirasi Inggris untuk mencapai ini.”

Dia memperingatkan bahwa kita harus berusaha melawan negara-negara yang mencoba menciptakan “ketergantungan strategis” baik itu pada energi, investasi, atau teknologi.

Dia mencontohkan Rusia dan China. Melalui pinjaman, 44 negara berpenghasilan rendah dan menengah sekarang memiliki utang ke China sebesar lebih dari 10% dari PDB mereka; sementara Rusia berusaha menciptakan monopoli pasokan gas yang “menggaet” negara lain.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More