Palestina Sebut Berbahaya, Rencana Israel Bangun Lebih Banyak Permukiman di Yerusalem
Sabtu, 16 Oktober 2021 - 13:30 WIB
RAMALLAH - Otoritas Palestina memperingatkan munculnya lebih banyak konsekuensi dari rencana pembangunan permukiman Israel di Yerusalem Timur. Palestina menyebut rencana itu "akan berbahaya".
"Rencana Israel untuk membangun ratusan unit rumah bagi pemukim Israel di beberapa permukiman ilegal di sekitar Yerusalem (Timur) yang diduduki adalah berbahaya," kata kantor Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, seperti dikutip dari kantor berita Palestina, WAFA, Jumat (15/10/2021).
“Rencana ini akan "memutuskan kota dari lingkungan Palestina" dan menimbulkan tantangan terhadap hukum internasional dan resolusi internasional," lanjut pernyataan tersebut.
Pihak Palestina memandang rencana tersebut bertentangan dengan perjanjian yang ditandatangani dan komitmen yang berulang kali diungkapkan oleh Amerika Serikat (AS), di mana AS sebelumnya menegaskan bahwa pihaknya menganggap perluasan pemukiman dan tindakan sepihak sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
Abbas meminta AS untuk mempertahankan posisinya dan menerapkan apa yang diumumkan Presiden Joe Biden dalam panggilan teleponnya dengan Abbas, bahwa Biden menolak "setiap tindakan sepihak."
Menurut angka resmi yang dicatat pihak Palestina, sejak 1967, lebih dari 600 ribu pemukim Israel telah tinggal di 140 permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, rumah bagi lebih dari 3 juta warga Palestina.
Israel menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang diklaim oleh Palestina, dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah mengendalikan mereka sejak saat itu.
"Jalan menuju perdamaian jelas: mendirikan negara Palestina merdeka di perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata pernyataan itu, merujuk pada pidato Abbas pada September di hadapan Majelis Umum PBB.
"Rencana Israel untuk membangun ratusan unit rumah bagi pemukim Israel di beberapa permukiman ilegal di sekitar Yerusalem (Timur) yang diduduki adalah berbahaya," kata kantor Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, seperti dikutip dari kantor berita Palestina, WAFA, Jumat (15/10/2021).
“Rencana ini akan "memutuskan kota dari lingkungan Palestina" dan menimbulkan tantangan terhadap hukum internasional dan resolusi internasional," lanjut pernyataan tersebut.
Pihak Palestina memandang rencana tersebut bertentangan dengan perjanjian yang ditandatangani dan komitmen yang berulang kali diungkapkan oleh Amerika Serikat (AS), di mana AS sebelumnya menegaskan bahwa pihaknya menganggap perluasan pemukiman dan tindakan sepihak sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
Abbas meminta AS untuk mempertahankan posisinya dan menerapkan apa yang diumumkan Presiden Joe Biden dalam panggilan teleponnya dengan Abbas, bahwa Biden menolak "setiap tindakan sepihak."
Baca Juga
Menurut angka resmi yang dicatat pihak Palestina, sejak 1967, lebih dari 600 ribu pemukim Israel telah tinggal di 140 permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, rumah bagi lebih dari 3 juta warga Palestina.
Israel menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang diklaim oleh Palestina, dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah mengendalikan mereka sejak saat itu.
"Jalan menuju perdamaian jelas: mendirikan negara Palestina merdeka di perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata pernyataan itu, merujuk pada pidato Abbas pada September di hadapan Majelis Umum PBB.
(esn)
tulis komentar anda