Putus Asa, Warga Nigeria Jual Rumah dan Tanah untuk Menebus Anaknya yang Diculik

Selasa, 24 Agustus 2021 - 18:02 WIB


Pada bulan Desember, orang-orang bersenjata menculik 344 anak laki-laki dari Sekolah Menengah Sains Pemerintah di negara bagian Katsina di barat laut selama serangan malam hari. Para penculik membebaskan anak-anak itu seminggu kemudian, tetapi hal itu memicu serentetan penculikan serupa di seluruh wilayah.

Para bandit mengambil satu halaman dari kisah kelompok militan Islam Boko Haram, yang menculik lebih dari 200 siswi dari kota timur laut Chibok pada tahun 2014. Kelompok itu memiliki tujuan ideologis dan memaksa beberapa gadis untuk menikah dengan pejuang.

Para penculik bersenjata di barat laut dimotivasi oleh uang, kata para ahli.

Penculikan itu telah menambah tekanan pada Presiden Buhari, yang berjanji untuk mengatasi ketidakamanan pada pelantikannya pada tahun 2019.

Mereka juga telah menguji dinas keamanan Nigeria. Militer - diadu dengan para penculik di barat laut, gerilyawan Islam di timur laut, separatis di tenggara dan pembajakan di Delta - dikerahkan ke sedikitnya 30 dari 36 negara bagian Nigeria.



Menteri Informasi Nigeria Lai Mohammed, dalam sebuah wawancara dengan Reuters, membela strategi untuk tidak membayar uang tebusan.

Sebaliknya, katanya, pemerintah telah menghancurkan beberapa kamp bandit dan mencoba pendekatan lain untuk mengatasi bandit.

Dia menolak memberikan perincian, dengan alasan perlunya kerahasiaan seputar operasi yang sedang berlangsung, tetapi mengatakan semua tingkat pemerintah bekerja untuk membebaskan anak-anak korban penculikan.

"Kami memenangkan perang melawan pemberontakan dan kami memenangkan perang melawan bandit," kata Mohammed.

Pemerintah negara bagian Niger, termasuk Tegina, menolak berkomentar. Pejabat yang bekerja dengan gubernur mengatakan mereka perlu merahasiakan upaya mereka.

Sementara itu, tantangan terus menggunung.



Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), sebuah LSM, melacak peningkatan 28% kekerasan secara nasional di Nigeria dalam enam bulan pertama tahun 2021, dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.

Kematian yang dilaporkan dari kekerasan nasional naik 61% menjadi 5.197, katanya.

Semuanya menjelaskan, Bukarti dari Extremism Policy Unit mengatakan, mengapa Adam dan orang tua lainnya rela menjual semua yang mereka miliki untuk membayar uang tebusan sendiri.

"Mereka tidak mampu membelinya dengan cara apapun. Tapi ini masalah hidup dan mati. Dan mereka tahu agen keamanan tidak bisa membebaskan orang yang mereka cintai."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More