Putus Asa, Warga Nigeria Jual Rumah dan Tanah untuk Menebus Anaknya yang Diculik
Selasa, 24 Agustus 2021 - 18:02 WIB
TEGINA - Setelah pria bersenjata menculik tujuh dari 11 anak Abubakar Adam di barat laut Nigeria , dia menjual mobilnya dan sebidang tanah serta menguras tabungannya untuk mengumpulkan uang tebusan guna membebaskan mereka.
Dia mengirim USD7.300 ke semak-semak, bersama dengan uang tebusan dari keluarga lain di kotanya, Tegina. Para penculik mengambil uang itu, menangkap salah satu pria yang mengantarkannya dan membuat permintaan baru yang meminta lebih banyak uang dan enam sepeda motor.
"Kami sangat menderita," kata tukang reparasi ban berusia 40 tahun itu, masih menunggu tanda-tanda apa yang terjadi pada anak-anaknya tiga bulan setelah penculikan massal.
"Sejujurnya aku tidak punya apa-apa lagi," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (24/8/2021).
Penculik telah mengambil lebih dari 1.000 siswa sejak Desember di tengah maraknya penculikan di barat laut yang miskin. Menurut penghitungan laporan Reuters sekitar 300 anak masih belum dikembalikan.
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari telah mengatakan kepada negara-negara bagian untuk tidak membayar apa pun kepada para penculik, dengan mengatakan itu hanya akan mendorong lebih banyak penculikan. Badan-badan keamanan mengatakan mereka menargetkan para bandit dengan aksi militer dan metode lainnya.
Sementara itu, ratusan orang tua menghadapi kesulitan yang sama: melakukan segala yang mereka bisa untuk mengumpulkan uang tebusan sendiri, atau mengambil risiko tidak akan pernah melihat anak-anak mereka lagi.
"Kami memohon kepada pemerintah untuk membantu," kata Aminu Salisu, yang putranya yang berusia delapan tahun dibawa dalam penyerangan siang hari di sekolah Islam Salihu Tanko Tegina pada bulan Mei, bersama lebih dari 130 siswa.
Dia mengirim USD7.300 ke semak-semak, bersama dengan uang tebusan dari keluarga lain di kotanya, Tegina. Para penculik mengambil uang itu, menangkap salah satu pria yang mengantarkannya dan membuat permintaan baru yang meminta lebih banyak uang dan enam sepeda motor.
"Kami sangat menderita," kata tukang reparasi ban berusia 40 tahun itu, masih menunggu tanda-tanda apa yang terjadi pada anak-anaknya tiga bulan setelah penculikan massal.
"Sejujurnya aku tidak punya apa-apa lagi," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (24/8/2021).
Penculik telah mengambil lebih dari 1.000 siswa sejak Desember di tengah maraknya penculikan di barat laut yang miskin. Menurut penghitungan laporan Reuters sekitar 300 anak masih belum dikembalikan.
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari telah mengatakan kepada negara-negara bagian untuk tidak membayar apa pun kepada para penculik, dengan mengatakan itu hanya akan mendorong lebih banyak penculikan. Badan-badan keamanan mengatakan mereka menargetkan para bandit dengan aksi militer dan metode lainnya.
Sementara itu, ratusan orang tua menghadapi kesulitan yang sama: melakukan segala yang mereka bisa untuk mengumpulkan uang tebusan sendiri, atau mengambil risiko tidak akan pernah melihat anak-anak mereka lagi.
"Kami memohon kepada pemerintah untuk membantu," kata Aminu Salisu, yang putranya yang berusia delapan tahun dibawa dalam penyerangan siang hari di sekolah Islam Salihu Tanko Tegina pada bulan Mei, bersama lebih dari 130 siswa.
tulis komentar anda