Prancis Menyangkal Tutup-tutupi Uji Coba Nuklir di Pasifik
Sabtu, 03 Juli 2021 - 10:00 WIB
"Kami merasa bahwa presiden memiliki keinginan yang nyata untuk mengubah halaman yang menyakitkan ini bagi kita semua, dengan sumber daya yang perlu disiapkan di masa depan, sehingga orang Polinesia dapat membangun kembali kepercayaan yang selalu kita miliki di Prancis," kata Fritch.
Acara tersebut telah mendapat kritik dari beberapa politisi Polinesia serta juru kampanye anti-nuklir dan sejarawan, yang mengatakan mereka telah diblokir dari penyelidikan oleh undang-undang kerahasiaan negara.
Moetai Brotherson, seorang pendukung kemerdekaan yang duduk di parlemen nasional perwakilan wilayah lain, menolak hadir kecuali Prancis meminta maaf atas tes tersebut. Sedangkan partainya, Tavini Huiraatira, mengatakan akan mengadakan acara tandingan di Tahiti.
Selama setahun terakhir, Macron telah menunjukkan kesediaan untuk menangani masalah-masalah yang secara historis tabu bagi Prancis, termasuk sejarah kolonial berdarahnya di Aljazair dan perannya di Rwanda menjelang genosida 1994.
Uji coba nuklir tetap menjadi sumber kebencian dan kemarahan yang mendalam di Polinesia Prancis, di mana mereka dilihat sebagai bukti sikap kolonial atau bahkan rasis yang mengabaikan kehidupan penduduk pulau.
Menurut Disclose hingga saat ini hanya 63 warga sipil Polinesia Prancis, tidak termasuk tentara dan kontraktor, yang telah menerima kompensasi atas paparan radiasi dari uji coba nuklir, .
Situs web tersebut mengatakan telah menilai kembali polusi di Kepulauan Gambier, Tureia dan Tahiti menyusul enam uji coba nuklir yang dianggap paling mencemari dalam sejarah uji coba nuklir Prancis di Pasifik.
Situs itu mengklaim bahwa kesimpulannya sangat berbeda dengan Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Prancis (CEA), yang angkanya menjadi referensi untuk kompensasi bagi para korban tes.
Acara tersebut telah mendapat kritik dari beberapa politisi Polinesia serta juru kampanye anti-nuklir dan sejarawan, yang mengatakan mereka telah diblokir dari penyelidikan oleh undang-undang kerahasiaan negara.
Moetai Brotherson, seorang pendukung kemerdekaan yang duduk di parlemen nasional perwakilan wilayah lain, menolak hadir kecuali Prancis meminta maaf atas tes tersebut. Sedangkan partainya, Tavini Huiraatira, mengatakan akan mengadakan acara tandingan di Tahiti.
Selama setahun terakhir, Macron telah menunjukkan kesediaan untuk menangani masalah-masalah yang secara historis tabu bagi Prancis, termasuk sejarah kolonial berdarahnya di Aljazair dan perannya di Rwanda menjelang genosida 1994.
Uji coba nuklir tetap menjadi sumber kebencian dan kemarahan yang mendalam di Polinesia Prancis, di mana mereka dilihat sebagai bukti sikap kolonial atau bahkan rasis yang mengabaikan kehidupan penduduk pulau.
Menurut Disclose hingga saat ini hanya 63 warga sipil Polinesia Prancis, tidak termasuk tentara dan kontraktor, yang telah menerima kompensasi atas paparan radiasi dari uji coba nuklir, .
Situs web tersebut mengatakan telah menilai kembali polusi di Kepulauan Gambier, Tureia dan Tahiti menyusul enam uji coba nuklir yang dianggap paling mencemari dalam sejarah uji coba nuklir Prancis di Pasifik.
Situs itu mengklaim bahwa kesimpulannya sangat berbeda dengan Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Prancis (CEA), yang angkanya menjadi referensi untuk kompensasi bagi para korban tes.
Lihat Juga :
tulis komentar anda