G7 Janji Berikan 1 Miliar Dosis Vaksin COVID dalam 12 Bulan
Selasa, 15 Juni 2021 - 07:09 WIB
LONDON - Para pemimpin G7 berjanji memberikan 1 miliar dosis vaksin COVID selama 12 bulan ke depan.
Pemberian vaksin akan dilakukan dengan menyumbangkan surplus atau memberikan pembiayaan lebih lanjut kepada COVAX, melalui skema yang didukung PBB yang bertugas mendistribusikan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Negara-negara G7 setuju mendukung pembuatan vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah, dan untuk terlibat secara konstruktif dalam membebaskan kekayaan intelektual di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Para pemimpin negara-negara G7 bergabung dalam diskusi mereka tentang kesehatan global yang diadakan di Carbis Bay, Cornwall oleh para mitra dari Korea Selatan, Afrika Selatan, Australia dan India, dan Sekretaris Jenderal PBB, bersama para pemimpin organisasi internasional lainnya. Mereka melihat pentingnya mengatasi akar pandemi virus corona secara global.
Mereka menyimak presentasi dari Sir Patrick Vallance dan Melinda French Gates tentang Pandemic Preparedness Partnership, bersama sekelompok pakar internasional yang dari berbagai industri, pemerintah, dan lembaga ilmiah yang didirikan Inggris awal tahun ini untuk memberi saran kepada G7 tentang cara mencegah, mendeteksi dan merespon pandemi di masa depan.
Pandemic Preparedness Partnership menerbitkan laporan independen pada hari Sabtu mengenai “Misi 100 Hari untuk Menanggapi Ancaman Pandemi di Masa Depan” yang berisi rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah dan pihak terkait agar dapat dengan cepat menanggapi wabah di masa depan.
100 hari pertama setelah identifikasi ancaman epidemi merupakan waktu yang sangat penting untuk mengubah arah dan seyogyanya, dapat mencegah hal ini menjadi pandemi.
Deklarasi Teluk Carbis memasukkan rekomendasi dari laporan ini dan menetapkan langkah-langkah lain yang akan diambil negara-negara G7 untuk mencegah pandemi di masa depan.
Ini termasuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menyetujui lisensi vaksin, pengobatan dan diagnostik untuk penyakit apa pun di masa depan dalam waktu 100 hari, komitmen memperkuat jaringan pengawasan global dan kapasitas pengurutan genom dan dukungan mereformasi dan memperkuat Organisasi Kesehatan Dunia.
75% dari penyakit manusia baru berasal dari hewan dan penyakit ini menular dengan cepat. Mengontrol penyakit zoonosis adalah elemen kunci dari Rencana 5 Poin Perdana Menteri Inggris untuk mencegah pandemi di masa depan yang ditetapkan di PBB tahun lalu, rencana pertama yang dinyatakan oleh pemimpin G7 tentang kesiapsiagaan terhadap pandemik.
Untuk menghentikan penyakit baru yang dibawa hewan sebelum membahayakan manusia, Inggris akan mendirikan Pusat Inovasi dan Manufaktur Vaksin Hewan Inggris di The Pirbright Institute di Surrey.
Pusat ini akan memanfaatkan keahlian Pirbright yang terkemuka di dunia untuk mempercepat pengiriman vaksin untuk penyakit ternak.
Penyakit ini menimbulkan risiko bagi orang-orang jika mereka bermutasi dan bisa menularkan ke manusia dan dapat menghancurkan pertanian di Inggris dan internasional.
Pusat ini akan dengan cepat menilai teknologi baru yang menjanjikan di lapangan, dan mengembangkan serta menguji vaksin baru untuk penyakit baru.
Inggris telah memimpin perang melawan Covid-19 melalui dukungan kami dalam pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca yang sudah memiliki sejarah panjang kepemimpinan dalam penelitian vaksin.
Cacar dan rinderpest adalah dua penyakit pertama dalam sejarah yang benar-benar musnah, dapat disembuhkan menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh para ilmuwan Inggris.
Inggris telah menyumbangkan dana sebesar £10 juta untuk pengembangan pusat tersebut, yang akan menjadikan Inggris sebagai pelopor dalam pengembangan vaksin ternak baru.
Yayasan Bill & Melinda Gates juga akan menyediakan 14,5 juta poundsterling untuk mendirikan pusat tersebut, berdasarkan investasi saat ini dalam vaksin untuk ternak dan penyakit zoonosis di The Pirbright Institute.
Menindaklanjuti pengumuman dari Perdana Menteri Inggris pada bulan lalu bahwa Inggris telah mengeluarkan rencana untuk 'radar pandemi' global untuk mengidentifikasi varian baru COVID-19 dan melacak penyakit baru yang muncul di seluruh dunia.
Pada akhir pekan lalu, Perdana Menteri Inggris meminta para pemimpin G7 untuk mendukung Radar Pandemi Global, yang akan melindungi program vaksin domestik terhadap varian baru yang resistan terhadap vaksin dengan mendeteksi lebih awal dan sebelum menyebar.
G7 sangat berperan penting dalam memimpin upaya global untuk pencegahan pandemi. Grup ini adalah rumah bagi dua pertiga pasar farmasi dunia dan empat vaksin virus corona yang dilisensikan penggunaannya di Inggris semuanya dikembangkan di negara-negara G7 (Inggris, AS dan Jerman).
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan, tahun lalu dunia telah mengembangkan beberapa vaksin virus corona yang efektif, melisensikan dan memproduksinya dengan cepat dan disuntikan ke tangan orang-orang yang membutuhkannya.
“Tetapi untuk benar-benar mengalahkan virus corona dan memulihkan diri, kita perlu mencegah pandemi seperti ini terjadi lagi. Mengambil pelajaran dari 18 bulan terakhir dan menanganinya secara berbeda di kemudian hari,” ungkap dia.
“Saya bangga bahwa untuk pertama kalinya hari ini negara-negara demokrasi terkemuka dunia telah bersatu untuk memastikan bahwa kita tidak akan terjebak lagi tanpa menyadarinya,” papar Johnson.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan, “Sekarang kita semua memahami ancaman yang ditimbulkan oleh penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia.”
“KTT G7 akhir pekan kemarin adalah saat yang tepat untuk melihat kembali sistem yang kami miliki, mengevaluasi pekerjaan apa yang sedang berlangsung untuk ditangani dengan lebih baik, dan melihat kedepan mengenai apa yang harus dilakukan, untuk meminimalkan risiko pandemi di masa depan,” ujar dia.
Kerja sama global, termasuk meningkatkan ekspektasi tentang bagaimana negara-negara dapat saling berbagi informasi tentang ancaman baru, sangat penting untuk melindungi kita semua agar lebih aman.
“Melalui kepemimpinannya di G20 tahun depan, Indonesia memiliki kesempatan untuk membuat kemajuan lebih lanjut dengan agenda ini. Kami menantikan kelanjutan kerjasama kami di sektor penting ini,” papar Owen
Deklarasi Teluk Carbis diterbitkan bersamaan dengan Komunike KTT G7, dan dibangun di atas langkah-langkah yang diambil untuk memperkuat kesiapsiagaan pandemi tahun ini, termasuk rekomendasi terbaru dari Panel Independen untuk Kesiapsiagaan dan Penanganannya.
WHO juga sedang mengerjakan Perjanjian Pandemi demi meningkatkan upaya global untuk mencegah pandemi di masa depan, dengan dukungan Inggris.
Dr Tedros Adhanom, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, "Kami menyambut baik Deklarasi Kesehatan Teluk Carbis, terutama saat dunia mulai pulih dan membangun kembali dari pandemi COVID-19. Bersama-sama kita perlu membangun respons ilmiah dan kolaborasi yang signifikan terhadap pandemi COVID-19 untuk menemukan solusi bersama dalam mengatasi banyak kesenjangan yang sudah diidentifikasi.”
“Sejauh ini WHO menyambut baik dan akan meneruskan proposal Inggris untuk Radar Pandemi Global. Seperti yang telah kita diskusikan, dunia membutuhkan sistem pengawasan global yang lebih kuat untuk mendeteksi epidemik baru dan resiko-resiko dari pandemik,” ungkap dia.
Pemberian vaksin akan dilakukan dengan menyumbangkan surplus atau memberikan pembiayaan lebih lanjut kepada COVAX, melalui skema yang didukung PBB yang bertugas mendistribusikan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Negara-negara G7 setuju mendukung pembuatan vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah, dan untuk terlibat secara konstruktif dalam membebaskan kekayaan intelektual di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Para pemimpin negara-negara G7 bergabung dalam diskusi mereka tentang kesehatan global yang diadakan di Carbis Bay, Cornwall oleh para mitra dari Korea Selatan, Afrika Selatan, Australia dan India, dan Sekretaris Jenderal PBB, bersama para pemimpin organisasi internasional lainnya. Mereka melihat pentingnya mengatasi akar pandemi virus corona secara global.
Mereka menyimak presentasi dari Sir Patrick Vallance dan Melinda French Gates tentang Pandemic Preparedness Partnership, bersama sekelompok pakar internasional yang dari berbagai industri, pemerintah, dan lembaga ilmiah yang didirikan Inggris awal tahun ini untuk memberi saran kepada G7 tentang cara mencegah, mendeteksi dan merespon pandemi di masa depan.
Pandemic Preparedness Partnership menerbitkan laporan independen pada hari Sabtu mengenai “Misi 100 Hari untuk Menanggapi Ancaman Pandemi di Masa Depan” yang berisi rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah dan pihak terkait agar dapat dengan cepat menanggapi wabah di masa depan.
100 hari pertama setelah identifikasi ancaman epidemi merupakan waktu yang sangat penting untuk mengubah arah dan seyogyanya, dapat mencegah hal ini menjadi pandemi.
Deklarasi Teluk Carbis memasukkan rekomendasi dari laporan ini dan menetapkan langkah-langkah lain yang akan diambil negara-negara G7 untuk mencegah pandemi di masa depan.
Ini termasuk mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menyetujui lisensi vaksin, pengobatan dan diagnostik untuk penyakit apa pun di masa depan dalam waktu 100 hari, komitmen memperkuat jaringan pengawasan global dan kapasitas pengurutan genom dan dukungan mereformasi dan memperkuat Organisasi Kesehatan Dunia.
75% dari penyakit manusia baru berasal dari hewan dan penyakit ini menular dengan cepat. Mengontrol penyakit zoonosis adalah elemen kunci dari Rencana 5 Poin Perdana Menteri Inggris untuk mencegah pandemi di masa depan yang ditetapkan di PBB tahun lalu, rencana pertama yang dinyatakan oleh pemimpin G7 tentang kesiapsiagaan terhadap pandemik.
Untuk menghentikan penyakit baru yang dibawa hewan sebelum membahayakan manusia, Inggris akan mendirikan Pusat Inovasi dan Manufaktur Vaksin Hewan Inggris di The Pirbright Institute di Surrey.
Pusat ini akan memanfaatkan keahlian Pirbright yang terkemuka di dunia untuk mempercepat pengiriman vaksin untuk penyakit ternak.
Penyakit ini menimbulkan risiko bagi orang-orang jika mereka bermutasi dan bisa menularkan ke manusia dan dapat menghancurkan pertanian di Inggris dan internasional.
Pusat ini akan dengan cepat menilai teknologi baru yang menjanjikan di lapangan, dan mengembangkan serta menguji vaksin baru untuk penyakit baru.
Inggris telah memimpin perang melawan Covid-19 melalui dukungan kami dalam pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca yang sudah memiliki sejarah panjang kepemimpinan dalam penelitian vaksin.
Cacar dan rinderpest adalah dua penyakit pertama dalam sejarah yang benar-benar musnah, dapat disembuhkan menggunakan vaksin yang dikembangkan oleh para ilmuwan Inggris.
Inggris telah menyumbangkan dana sebesar £10 juta untuk pengembangan pusat tersebut, yang akan menjadikan Inggris sebagai pelopor dalam pengembangan vaksin ternak baru.
Yayasan Bill & Melinda Gates juga akan menyediakan 14,5 juta poundsterling untuk mendirikan pusat tersebut, berdasarkan investasi saat ini dalam vaksin untuk ternak dan penyakit zoonosis di The Pirbright Institute.
Menindaklanjuti pengumuman dari Perdana Menteri Inggris pada bulan lalu bahwa Inggris telah mengeluarkan rencana untuk 'radar pandemi' global untuk mengidentifikasi varian baru COVID-19 dan melacak penyakit baru yang muncul di seluruh dunia.
Pada akhir pekan lalu, Perdana Menteri Inggris meminta para pemimpin G7 untuk mendukung Radar Pandemi Global, yang akan melindungi program vaksin domestik terhadap varian baru yang resistan terhadap vaksin dengan mendeteksi lebih awal dan sebelum menyebar.
G7 sangat berperan penting dalam memimpin upaya global untuk pencegahan pandemi. Grup ini adalah rumah bagi dua pertiga pasar farmasi dunia dan empat vaksin virus corona yang dilisensikan penggunaannya di Inggris semuanya dikembangkan di negara-negara G7 (Inggris, AS dan Jerman).
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan, tahun lalu dunia telah mengembangkan beberapa vaksin virus corona yang efektif, melisensikan dan memproduksinya dengan cepat dan disuntikan ke tangan orang-orang yang membutuhkannya.
“Tetapi untuk benar-benar mengalahkan virus corona dan memulihkan diri, kita perlu mencegah pandemi seperti ini terjadi lagi. Mengambil pelajaran dari 18 bulan terakhir dan menanganinya secara berbeda di kemudian hari,” ungkap dia.
“Saya bangga bahwa untuk pertama kalinya hari ini negara-negara demokrasi terkemuka dunia telah bersatu untuk memastikan bahwa kita tidak akan terjebak lagi tanpa menyadarinya,” papar Johnson.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan, “Sekarang kita semua memahami ancaman yang ditimbulkan oleh penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia.”
“KTT G7 akhir pekan kemarin adalah saat yang tepat untuk melihat kembali sistem yang kami miliki, mengevaluasi pekerjaan apa yang sedang berlangsung untuk ditangani dengan lebih baik, dan melihat kedepan mengenai apa yang harus dilakukan, untuk meminimalkan risiko pandemi di masa depan,” ujar dia.
Kerja sama global, termasuk meningkatkan ekspektasi tentang bagaimana negara-negara dapat saling berbagi informasi tentang ancaman baru, sangat penting untuk melindungi kita semua agar lebih aman.
“Melalui kepemimpinannya di G20 tahun depan, Indonesia memiliki kesempatan untuk membuat kemajuan lebih lanjut dengan agenda ini. Kami menantikan kelanjutan kerjasama kami di sektor penting ini,” papar Owen
Deklarasi Teluk Carbis diterbitkan bersamaan dengan Komunike KTT G7, dan dibangun di atas langkah-langkah yang diambil untuk memperkuat kesiapsiagaan pandemi tahun ini, termasuk rekomendasi terbaru dari Panel Independen untuk Kesiapsiagaan dan Penanganannya.
WHO juga sedang mengerjakan Perjanjian Pandemi demi meningkatkan upaya global untuk mencegah pandemi di masa depan, dengan dukungan Inggris.
Dr Tedros Adhanom, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, "Kami menyambut baik Deklarasi Kesehatan Teluk Carbis, terutama saat dunia mulai pulih dan membangun kembali dari pandemi COVID-19. Bersama-sama kita perlu membangun respons ilmiah dan kolaborasi yang signifikan terhadap pandemi COVID-19 untuk menemukan solusi bersama dalam mengatasi banyak kesenjangan yang sudah diidentifikasi.”
“Sejauh ini WHO menyambut baik dan akan meneruskan proposal Inggris untuk Radar Pandemi Global. Seperti yang telah kita diskusikan, dunia membutuhkan sistem pengawasan global yang lebih kuat untuk mendeteksi epidemik baru dan resiko-resiko dari pandemik,” ungkap dia.
(sya)
tulis komentar anda