Rusia: Nagorno-Karabakh Bisa Jadi Basis Militan Serang Eropa

Rabu, 07 Oktober 2020 - 13:45 WIB
Upaya mediasi yang dipimpin Rusia, Prancis dan Amerika Serikat (AS) gagal mencegah pertempuran di Nagorno-Karabakh meski ada gencatan senjata yang mengakhiri perang 1991-1994 yang menewaskan 30.000 orang.

Perang baru sejak 27 September itu memicu kekhawatiran bahwa Turki dan Rusia dapat terseret dalam konflik Nagorno-Karabakh.

Iran yang berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia juga khawatir dengan konflik itu. Presiden Iran Hassan Rouhani menekankan pentingnya perdamaian di kawasan saat berbicara dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.

Dalam perang terbaru, Armenia menyatakan Azerbaijan melancarkan serangan dengan tank dan artileri di bagian selatan garis kontak yang memisahkan etnik Armenia dan pasukan Azerbaijan.

Nagorno-Karabakh menyatakan empat bom klaster meledak di pusat Stepanakert, pusat pemerintahan wilayah itu.

Azerbaijan menyatakan kota-kotanya di luar zona konflik telah diserang, membuat pertempuran mendekati wilayah jaringan pipa yang membawa gas dan minyak Azerbaijan ke Eropa. (Baca Juga: Azerbaijan Akui Gunakan Drone Turki dalam Konflik di Nagorno-Karabakh)

Kedua pihak menyatakan pihak lain menyerang wilayah sipil. Namun masing-masing menyangkal tuduhan itu. (Baca Infografis: Kemenangan Biden Makin Nyata di Pilpres Amerika Serikat)

Nagorno-Karabakh menyatakan 244 personil dan 19 warga sipil tewas sejak 27 September dan banyak lagi orang yang terluka. Azerbaijan menyatakan 27 warga sipil tewas dalam konflik itu. Azerbaijan tidak mengungkap data korban militer. (Lihat Video: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi Covid-19)
(sya)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More