Rusia: Nagorno-Karabakh Bisa Jadi Basis Militan Serang Eropa

Rabu, 07 Oktober 2020 - 13:45 WIB
Tentara etnik Armenia menembakkan artileri di Nagorno-Karabakh, 5 Oktober 2020. Foto/REUTERS
MOSKOW - Kremlin mengeluarkan seruan baru untuk penghentian permusuhan di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh .

Sebelumnya, kepala intelijen asing Rusia menyatakan wilayah pegunungan itu dapat menjadi landasan peluncuran bagi militan untuk masuk Rusia.

Moskow mengungkapkan kekhawatiran itu setelah pertempuran terburuk dalam lebih 25 tahun antara etnik Armenia dan pasukan Azerbaijan memasuki hari ke-10. AFP melaporkan Armenia telah menawarkan konsesi jika Azerbaijan juga siap melakukannya. AFP tak menjelaskan dengan rinci tawaran yang dilontarkan Perdana Menteri (PM) Nikol Pashinyan itu.



Azerbaijan menegaskan siap menghentikan perang jika Armenia menyusun kerangka waktu untuk mundur dari Nagorno-Karabakh yang secara hukum internasional milik Azerbaijan tapi dihuni dan diperintah oleh etnik Armenia.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyeru perang dihentikan. Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menyatakan kekhawatiran serius tentang eskalasi luar biasa itu saat berbicara dengan Menlu Iran.

Kepala Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) Sergei Naryshkin menyatakan konflik itu menarik kelompok tentara bayaran dan teroris dari Timur Tengah.

“Kita bicara tentang ratusan orang dan bahkan ribuan radikal yang berharap mendapat uang dalam perang baru Karabakh,” ungkap Sergei Naryshkin.

Dia memperingatkan bahwa kawasan Kaukasus Selatan itu dapat menjadi “landasan peluncuran baru bagi organisasi teroris internasional” yang dari sana para militan dapat masuk berbagai negara, termasuk Rusia.

Komentar itu muncul setelah Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mendesak Rusia lebih aktif dalam mendorong perdamaian.

Upaya mediasi yang dipimpin Rusia, Prancis dan Amerika Serikat (AS) gagal mencegah pertempuran di Nagorno-Karabakh meski ada gencatan senjata yang mengakhiri perang 1991-1994 yang menewaskan 30.000 orang.

Perang baru sejak 27 September itu memicu kekhawatiran bahwa Turki dan Rusia dapat terseret dalam konflik Nagorno-Karabakh.

Iran yang berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia juga khawatir dengan konflik itu. Presiden Iran Hassan Rouhani menekankan pentingnya perdamaian di kawasan saat berbicara dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.

Dalam perang terbaru, Armenia menyatakan Azerbaijan melancarkan serangan dengan tank dan artileri di bagian selatan garis kontak yang memisahkan etnik Armenia dan pasukan Azerbaijan.

Nagorno-Karabakh menyatakan empat bom klaster meledak di pusat Stepanakert, pusat pemerintahan wilayah itu.

Azerbaijan menyatakan kota-kotanya di luar zona konflik telah diserang, membuat pertempuran mendekati wilayah jaringan pipa yang membawa gas dan minyak Azerbaijan ke Eropa. (Baca Juga: Azerbaijan Akui Gunakan Drone Turki dalam Konflik di Nagorno-Karabakh)

Kedua pihak menyatakan pihak lain menyerang wilayah sipil. Namun masing-masing menyangkal tuduhan itu. (Baca Infografis: Kemenangan Biden Makin Nyata di Pilpres Amerika Serikat)

Nagorno-Karabakh menyatakan 244 personil dan 19 warga sipil tewas sejak 27 September dan banyak lagi orang yang terluka. Azerbaijan menyatakan 27 warga sipil tewas dalam konflik itu. Azerbaijan tidak mengungkap data korban militer. (Lihat Video: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi Covid-19)
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More