Netanyahu: Saya Satu-satunya yang Bisa Cegah Berdirinya Negara Palestina setelah Perang
Rabu, 29 November 2023 - 19:47 WIB
TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada anggota Partai Likud bahwa hanya dia yang bisa menggagalkan pembentukan negara Palestina yang sepenuhnya merdeka.
Dia menentang rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara setelah pengeboman Israel yang dahsyat di Gaza.
“Saya satu-satunya yangbisa mencegah berdirinya Negara Palestina di Gaza dan [Tepi Barat] setelah perang," kata Netanyahu, seperti dikutip Middle East Monitor, Rabu (29/11/2023).
Netanyahu dilaporkan telah bertemu dengan setidaknya sepuluh pendukung Partai Likud selama seminggu terakhir dalam upaya untuk memastikan dukungan mereka yang berkelanjutan, ketika partai yang berkuasa tersebut semakin merosot dalam jajak pendapat sejak dimulainya perang dengan Hamas di Gaza.
Menurut laporan Jewish Chronicle, Netanyahu menggandakan pendiriannya dan sama sekali menolak pembicaraan damai dengan Palestina.
Perdana Menteri Israel itu mengatakan bahwa jika terpilih kembali sebagai pemimpin negara, dia tidak akan mengizinkan pembentukan negara Palestina dan berpendapat bahwa memasuki perundingan damai dengan harapan mencapai solusi dua negara akan mengakibatkan ancaman terhadap keamanan Israel.
“Dalam kondisi Timur Tengah saat ini, wilayah mana pun yang Anda tinggalkan akan digunakan untuk negara Islam bersenjata melawan kami,” kata Netanyahu.
“Hal itulah yang terjadi di Lebanon. Hal itulah yang terjadi di Gaza. Dan sejak Arab Spring, hal serupa akan terjadi di Tepi Barat–di Yudea dan Samaria–jika kita mengosongkan wilayah tersebut," paparnya.
Sikap Netanyahu ini menentang tujuan kebijakan Presiden AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara, yang menurut Gedung Putih sangat penting untuk mempertahankan kemitraan dengan negara-negara Arab.
Lebih lanjut menentang sekutu utamanya, Netanyahu dilaporkan membual tentang mengesampingkan keberatan AS terkait serangan darat dan serangan terhadap Rumah Sakit al-Shifa di Gaza.
Dia mengeklaim bahwa dia memiliki pengaruh pribadi atas Presiden Biden karena hubungannya selama 40 tahun.
“Saya telah mengenal [Presiden AS Joe] Biden selama lebih dari 40 tahun, dan tahu cara berbicara kepada publik Amerika,” kata Netanyahu seperti diberitakan Times of Israel.
Dia lebih lanjut menjelaskan kepada anggota partainya bahwa dia tidak berencana pergi ke mana pun setelah perang.
Menurut jajak pendapat di Times of Israel, sekitar 80 persen warga Israel menganggap PM Netanyahu bertanggung jawab atas serangan Hamas ke kota-kota Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Ketika ditanya siapa yang lebih cocok menjadi perdana menteri, 49 persen memilih pemimpin Partai Persatuan Nasional Benny Gantz dan hanya 28 persen memilih Netanyahu, dan sisanya ragu-ragu.
Dia menentang rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara setelah pengeboman Israel yang dahsyat di Gaza.
“Saya satu-satunya yangbisa mencegah berdirinya Negara Palestina di Gaza dan [Tepi Barat] setelah perang," kata Netanyahu, seperti dikutip Middle East Monitor, Rabu (29/11/2023).
Netanyahu dilaporkan telah bertemu dengan setidaknya sepuluh pendukung Partai Likud selama seminggu terakhir dalam upaya untuk memastikan dukungan mereka yang berkelanjutan, ketika partai yang berkuasa tersebut semakin merosot dalam jajak pendapat sejak dimulainya perang dengan Hamas di Gaza.
Menurut laporan Jewish Chronicle, Netanyahu menggandakan pendiriannya dan sama sekali menolak pembicaraan damai dengan Palestina.
Perdana Menteri Israel itu mengatakan bahwa jika terpilih kembali sebagai pemimpin negara, dia tidak akan mengizinkan pembentukan negara Palestina dan berpendapat bahwa memasuki perundingan damai dengan harapan mencapai solusi dua negara akan mengakibatkan ancaman terhadap keamanan Israel.
“Dalam kondisi Timur Tengah saat ini, wilayah mana pun yang Anda tinggalkan akan digunakan untuk negara Islam bersenjata melawan kami,” kata Netanyahu.
“Hal itulah yang terjadi di Lebanon. Hal itulah yang terjadi di Gaza. Dan sejak Arab Spring, hal serupa akan terjadi di Tepi Barat–di Yudea dan Samaria–jika kita mengosongkan wilayah tersebut," paparnya.
Sikap Netanyahu ini menentang tujuan kebijakan Presiden AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali solusi dua negara, yang menurut Gedung Putih sangat penting untuk mempertahankan kemitraan dengan negara-negara Arab.
Lebih lanjut menentang sekutu utamanya, Netanyahu dilaporkan membual tentang mengesampingkan keberatan AS terkait serangan darat dan serangan terhadap Rumah Sakit al-Shifa di Gaza.
Dia mengeklaim bahwa dia memiliki pengaruh pribadi atas Presiden Biden karena hubungannya selama 40 tahun.
“Saya telah mengenal [Presiden AS Joe] Biden selama lebih dari 40 tahun, dan tahu cara berbicara kepada publik Amerika,” kata Netanyahu seperti diberitakan Times of Israel.
Dia lebih lanjut menjelaskan kepada anggota partainya bahwa dia tidak berencana pergi ke mana pun setelah perang.
Menurut jajak pendapat di Times of Israel, sekitar 80 persen warga Israel menganggap PM Netanyahu bertanggung jawab atas serangan Hamas ke kota-kota Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Ketika ditanya siapa yang lebih cocok menjadi perdana menteri, 49 persen memilih pemimpin Partai Persatuan Nasional Benny Gantz dan hanya 28 persen memilih Netanyahu, dan sisanya ragu-ragu.
(mas)
tulis komentar anda