Sejak 1970, Lebih dari 500.000 Tewas Akibat Cuaca Ekstrem di Bangladesh

Rabu, 24 Mei 2023 - 06:57 WIB
Sejak 1970, lebih dari 500 ribu tewas akibat cuaca ekstrem di Bangladesh. Foto/Ilustrasi
DHAKA - Bangladesh memiliki jumlah kematian tertinggi akibat cuaca ekstrem , iklim, dan peristiwa terkait air di Asia . Negara Asia selatan itu mencatat 520.758 kematian dari 281 peristiwa antara tahun 1970 dan 2021.

Catatan itu berdasarkan laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang diterbitkan pada awal pekan ini.

WMO mengeluarkan laporan untuk Kongres Meteorologi Dunia empat tahunan, yang dibuka pada hari Selasa kemarin dengan dialog tingkat tinggi tentang percepatan dan peningkatan tindakan untuk memastikan bahwa layanan peringatan dini menjangkau semua orang di Bumi pada akhir tahun 2027.



"Asia menyumbang 47 persen dari semua kematian yang dilaporkan di seluruh dunia, dengan siklon tropis menjadi penyebab utama kematian yang dilaporkan. Siklon tropis Nargis pada 2008 menyebabkan 138.366 kematian," kata laporan itu seperti dilansir dari Xinhua, Rabu (24/5/2023).



Laporan itu menyebutkan cuaca ekstrem, iklim, dan peristiwa terkait air menyebabkan 11.778 bencana yang dilaporkan antara tahun 1970 dan 2021, dengan lebih dari 2 juta kematian dan kerugian ekonomi sebesar USD4,3 triliun.

Menurut laporan tersebut, lebih dari 90 persen kematian yang dilaporkan di seluruh dunia terjadi di negara berkembang.

“Masyarakat yang paling rentan sayangnya menanggung beban cuaca, iklim, dan bahaya terkait air,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

“Dulu, baik Myanmar maupun Bangladesh menderita korban tewas puluhan bahkan ratusan ribu orang. Berkat peringatan dini dan penanggulangan bencana, angka kematian bencana ini sekarang untungnya menjadi sejarah. Peringatan dini menyelamatkan nyawa,” imbuh Taalas.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More