Amankan Wilayah Udara, Turki Lirik Sistem Rudal S-400 Rusia
A
A
A
ANKARA - Turki tengah melakukan pembicaraan dengan Rusia terkait pembelian sistem pertahanan rudal S-400. Hal tersebut diungkapkan Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik.
"Adapun pertahanan rudal, bekerja terus. Kami sedang bernegosiasi mengenai S-400 tidak hanya dengan Rusia, tetapi dengan negara-negara lain yang memiliki sistem serupa. Posisi Rusia dalam masalah ini sekarang sangat positif," kata Isik dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (18/11/2016).
Juru bicara presiden Ibrahim Kalin bulan lalu mengatakan bahwa Moskow dan Ankara sepakat untuk bekerja di luar rincian dari kemungkinan kerjasama dalam pelaksanaan proyek sistem pertahanan rudal nasional Turki.
"Kami berharap bahwa NATO negara-negara anggota akan mengambil ini dengan serius, dan sistem kami akan kompatibel dengan persyaratan aliansi. Tapi kita dengan cara apapun tidak menolak usulan Rusia, dan secara aktif bekerja di atasnya. Tujuan utama kami adalah untuk memproduksi sistem ini di dalam negeri," kata Isik.
Turki pada November lalu membatalkan pencairan dana USD4 miliar untuk pengadaan komponen sistem pertahanan rudal dalam negeri yang diumumkan pada tahun 2009.
S-400 adalah sistem pertahanan udara generasi terbaru Rusia. Sistem ini membawa tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan target udara pada jarak pendek hingga jarak sangat jauh. Senjata ini mampu melacak dan menghancurkan semua target udara yang ada, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah.
Tahun lalu, Arab Saudi menunjukkan minat dalam membeli S-400 selama pertunjukan udara di Dubai. Sergei Chemezov, kepala perusahaan Rostec Rusia, mengatakan bahwa Rusia juga bisa menyediakan sistem pertahanan udara untuk China dalam beberapa tahun.
"Adapun pertahanan rudal, bekerja terus. Kami sedang bernegosiasi mengenai S-400 tidak hanya dengan Rusia, tetapi dengan negara-negara lain yang memiliki sistem serupa. Posisi Rusia dalam masalah ini sekarang sangat positif," kata Isik dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari Sputniknews, Jumat (18/11/2016).
Juru bicara presiden Ibrahim Kalin bulan lalu mengatakan bahwa Moskow dan Ankara sepakat untuk bekerja di luar rincian dari kemungkinan kerjasama dalam pelaksanaan proyek sistem pertahanan rudal nasional Turki.
"Kami berharap bahwa NATO negara-negara anggota akan mengambil ini dengan serius, dan sistem kami akan kompatibel dengan persyaratan aliansi. Tapi kita dengan cara apapun tidak menolak usulan Rusia, dan secara aktif bekerja di atasnya. Tujuan utama kami adalah untuk memproduksi sistem ini di dalam negeri," kata Isik.
Turki pada November lalu membatalkan pencairan dana USD4 miliar untuk pengadaan komponen sistem pertahanan rudal dalam negeri yang diumumkan pada tahun 2009.
S-400 adalah sistem pertahanan udara generasi terbaru Rusia. Sistem ini membawa tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan target udara pada jarak pendek hingga jarak sangat jauh. Senjata ini mampu melacak dan menghancurkan semua target udara yang ada, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah.
Tahun lalu, Arab Saudi menunjukkan minat dalam membeli S-400 selama pertunjukan udara di Dubai. Sergei Chemezov, kepala perusahaan Rostec Rusia, mengatakan bahwa Rusia juga bisa menyediakan sistem pertahanan udara untuk China dalam beberapa tahun.
(ian)