Jenderal Top Ukraina: Putin Rencanakan Serangan Baru dari Utara
loading...
A
A
A
KIEV - Seorang jendral top Ukraina mengeluarkan peringatan terhadap kemungkinan serangan terbaru dari Rusia .
Mayor Jenderal Andrii Kovalchuk mengatakan Ukraina sedang mempersiapkan diri menghadapi Rusia yang akan kembali mencoba untuk invasi dari utara. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan Sky News.
Ditanya apakah pasukan Rusia akan kembali mencoba menginvasi Ukraina dari utara, timur dan selatan, bahkan mungkin pada 24 Februari, peringatan dimulainya invasi skala penuh Kremlin tahun lalu, komandan tersebut mengatakan: "Ya, kami meramalkan opsi seperti itu, skenario seperti itu. Kami sedang mempersiapkannya. Kami hidup dengan pemikiran bahwa mereka akan menyerang lagi. Ini adalah tugas kami."
Menurut Kovalchuk pasukan Rusia kemungkinan kembali menyerang melalui Belarusia di perbatasan utara Ukraina - rute untuk menargetkan ibu kota.
"Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan ofensif dari Belarusia pada akhir Februari, mungkin nanti," ujar Kovalchuk, yang berbicara di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina selatan.
"Kami sedang mempersiapkannya. Kami sedang menyelidiki. Kami melihat di mana mereka mengumpulkan kekuatan dan sarana. Kami sedang bersiap," imbuhnya seperti dikutip dari Sky News, Minggu (18/12/2022).
Dalam kesempatan itu ia juga memperingatkan jika Presiden Rusia Vladimir Putin mencoba untuk kedua kalinya, menggunakan sisa sekitar 300 ribu tentara yang dikerahkan selama musim panas, Ukraina akan lebih siap untuk menangkis mereka.
"Kami meletakkan ranjau di area individu, dan menyiapkan pertahanan yang andal di area tertentu," katanya.
"Mereka (Rusia) tidak akan lagi masuk begitu saja, seperti yang terjadi pada 24 Februari (2022)," imbuhnya.
Sosok arsitek kunci dari serangan balasan besar-besaran Ukraina di wilayah selatan itu juga meningkatkan prospek Putin akan memerintahkan mobilisasi penuh di Rusia saat perang berlarut-larut, berpotensi menghasilkan jutaan orang untuk dikirim ke medan perang.
Ditanya apakah dia mengharapkan mobilisasi jutaan, Mayor Jenderal Kovalchuk berkata: "Saya pikir Putin sedang memikirkannya. Dan kami tidak dapat mengesampingkan opsi seperti itu. Kami harus siap untuk itu."
Mengenai apakah Ukraina akan mampu mengatasi kekuatan penyerbu yang begitu besar, dia berkata: "Tentu saja ya. Saya percaya bahwa posisi kita dan posisi mitra kita hari ini harus jelas. Jika Putin melakukan mobilisasi penuh, mitra kita adalah siap memberi kami semua kekuatan dan sarana untuk menghentikan bukan 300.000 tentara, tetapi satu juta tentara."
Pernyataan itu seolah memberi isyarat bahwa Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata mematikan dari Barat guna menghadapi ekspansi semacam itu.
"Kami membutuhkan lebih banyak senjata kolektif - bukan senapan serbu, tapi senapan mesin; bukan proyektil, tapi munisi tandan. Ada tindakan balasan yang sesuai dengan tindakan musuh. Kami yakin mitra kami akan membantu kami dalam masalah ini - itu yang ingin (kita) menang. Karena bukan hanya Ukraina yang menang hari ini, tetapi seluruh peradaban dunia. Dan kita harus menang," tegasnya.
Dalam waktu dekat, sang jenderal mengatakan Ukraina membutuhkan senjata dari sekutu Barat yang dimaksudkan untuk operasi ofensif.
“Kami membutuhkan tank dan pesawat. Kami juga membutuhkan sistem pertahanan udara yang andal yang setidaknya 95% efektif,” jelasnya.
Ia lantas berbicara tentang operasi pasukannya untuk merebut kembali wilayah pendudukan di sisi barat Sungai Dnipro di selatan, termasuk ibu kota regional Kherson pada 11 November.
Dia mengatakan tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan semua tentara Rusia di tepi barat sungai. Namun, tekanan waktu dan kekurangan amunisi pada akhirnya membuat Rusia dapat mundur.
Ia pun menegaskan akan mengembalikan setiap sentimeter persegi wilayah Ukraina, termasuk Crimea.
"Crimea adalah suatu keharusan - ini hanya masalah waktu," kata sang jenderal.
Meski begitu, ia tidak dapat memastikan kapan hal itu terjadi, dia berharap itu akan segera terjadi.
"Saya ingin menyelesaikan semua masalah tahun ini. Tapi saya yakin tahun depan kami akan membawa semuanya ke kesimpulan yang logis," pungkasnya.
Mayor Jenderal Andrii Kovalchuk mengatakan Ukraina sedang mempersiapkan diri menghadapi Rusia yang akan kembali mencoba untuk invasi dari utara. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan Sky News.
Ditanya apakah pasukan Rusia akan kembali mencoba menginvasi Ukraina dari utara, timur dan selatan, bahkan mungkin pada 24 Februari, peringatan dimulainya invasi skala penuh Kremlin tahun lalu, komandan tersebut mengatakan: "Ya, kami meramalkan opsi seperti itu, skenario seperti itu. Kami sedang mempersiapkannya. Kami hidup dengan pemikiran bahwa mereka akan menyerang lagi. Ini adalah tugas kami."
Menurut Kovalchuk pasukan Rusia kemungkinan kembali menyerang melalui Belarusia di perbatasan utara Ukraina - rute untuk menargetkan ibu kota.
"Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan ofensif dari Belarusia pada akhir Februari, mungkin nanti," ujar Kovalchuk, yang berbicara di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina selatan.
"Kami sedang mempersiapkannya. Kami sedang menyelidiki. Kami melihat di mana mereka mengumpulkan kekuatan dan sarana. Kami sedang bersiap," imbuhnya seperti dikutip dari Sky News, Minggu (18/12/2022).
Dalam kesempatan itu ia juga memperingatkan jika Presiden Rusia Vladimir Putin mencoba untuk kedua kalinya, menggunakan sisa sekitar 300 ribu tentara yang dikerahkan selama musim panas, Ukraina akan lebih siap untuk menangkis mereka.
"Kami meletakkan ranjau di area individu, dan menyiapkan pertahanan yang andal di area tertentu," katanya.
"Mereka (Rusia) tidak akan lagi masuk begitu saja, seperti yang terjadi pada 24 Februari (2022)," imbuhnya.
Sosok arsitek kunci dari serangan balasan besar-besaran Ukraina di wilayah selatan itu juga meningkatkan prospek Putin akan memerintahkan mobilisasi penuh di Rusia saat perang berlarut-larut, berpotensi menghasilkan jutaan orang untuk dikirim ke medan perang.
Ditanya apakah dia mengharapkan mobilisasi jutaan, Mayor Jenderal Kovalchuk berkata: "Saya pikir Putin sedang memikirkannya. Dan kami tidak dapat mengesampingkan opsi seperti itu. Kami harus siap untuk itu."
Mengenai apakah Ukraina akan mampu mengatasi kekuatan penyerbu yang begitu besar, dia berkata: "Tentu saja ya. Saya percaya bahwa posisi kita dan posisi mitra kita hari ini harus jelas. Jika Putin melakukan mobilisasi penuh, mitra kita adalah siap memberi kami semua kekuatan dan sarana untuk menghentikan bukan 300.000 tentara, tetapi satu juta tentara."
Pernyataan itu seolah memberi isyarat bahwa Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata mematikan dari Barat guna menghadapi ekspansi semacam itu.
"Kami membutuhkan lebih banyak senjata kolektif - bukan senapan serbu, tapi senapan mesin; bukan proyektil, tapi munisi tandan. Ada tindakan balasan yang sesuai dengan tindakan musuh. Kami yakin mitra kami akan membantu kami dalam masalah ini - itu yang ingin (kita) menang. Karena bukan hanya Ukraina yang menang hari ini, tetapi seluruh peradaban dunia. Dan kita harus menang," tegasnya.
Dalam waktu dekat, sang jenderal mengatakan Ukraina membutuhkan senjata dari sekutu Barat yang dimaksudkan untuk operasi ofensif.
“Kami membutuhkan tank dan pesawat. Kami juga membutuhkan sistem pertahanan udara yang andal yang setidaknya 95% efektif,” jelasnya.
Ia lantas berbicara tentang operasi pasukannya untuk merebut kembali wilayah pendudukan di sisi barat Sungai Dnipro di selatan, termasuk ibu kota regional Kherson pada 11 November.
Dia mengatakan tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan semua tentara Rusia di tepi barat sungai. Namun, tekanan waktu dan kekurangan amunisi pada akhirnya membuat Rusia dapat mundur.
Ia pun menegaskan akan mengembalikan setiap sentimeter persegi wilayah Ukraina, termasuk Crimea.
"Crimea adalah suatu keharusan - ini hanya masalah waktu," kata sang jenderal.
Meski begitu, ia tidak dapat memastikan kapan hal itu terjadi, dia berharap itu akan segera terjadi.
"Saya ingin menyelesaikan semua masalah tahun ini. Tapi saya yakin tahun depan kami akan membawa semuanya ke kesimpulan yang logis," pungkasnya.
(ian)