Tak Hanya Teroris, Kelompok Neo Nazi Juga Jadikan Virus Corona Senjata

Jum'at, 10 Juli 2020 - 05:39 WIB
loading...
Tak Hanya Teroris, Kelompok Neo Nazi Juga Jadikan Virus Corona Senjata
Kelompok Neo Nazi memerintahkan pengikutnya untuk menularkan virus Corona kepada umat Muslim dan kaum Yahudi. Foto/Ilustrasi
A A A
LONDON - Kelompok neo Nazi dan aktivis sayap kanan menyerukan kepada para pengikutnya untuk secara sengaja menginfeksikan virus Corona kepada kaum Yahudi dan umat Muslim. Peringatan itu dikeluarkan oleh sebuah badan kontraterorisme Inggris, ketika para ekstrimis berusaha memanfaatkan pandemi global tersebut.

Sejak awal pandemi virus Corona, Komisi Inggris untuk Melawan Ekstrimisme mengatakan telah menerima peningkatan laporan ekstremis kanan-kiri, ekstrem kiri dan Islam yang mengeksploitasi krisis untuk mempromosikan narasi memecah-belah, xenofobia dan rasis untuk menabur perpecahan serta menciptakan perselisihan sosial.

Komisi itu mengatakan telah mendengar laporan informasi yang salah dan propaganda berbahaya di seluruh spektrum ideologis: kelompok-kelompok Islam menyebarkan narasi anti-demokrasi dan anti-Barat, mengklaim bahwa Covid-19 adalah hukuman ilahi di Barat atas tuduhan degenerasi, atau hukuman terhadap China atas perlakuannya terhadap Muslim Uighur.

"Kami telah mendengar laporan aktivis Kanan Inggris dan kelompok Neo-Nazi yang mempromosikan narasi anti-minoritas dengan mendorong pengguna internet untuk secara sengaja menginfeksikan virus Corona ke kelompok, termasuk komunitas Yahudi," laporan itu memperingatkan seperti dikutip dari CNN, Jumat (10/7/2020).

Teori konspirasi lain termasuk satu yang menyebut bahwa virus itu bagian dari "plot Yahudi," atau bahwa 5G dikaitkan dengan pandemi.

"Sementara itu, politisi sayap kanan dan organisasi berita telah menggunakan virus untuk mendorong maju pesan anti-imigran dan populis mereka," kata laporan itu, sekaligus memperingatkan bahwa prevalensi konten seperti itu menormalkan kebencian terhadap komunitas etnis, ras dan agama.

Laporan tersebut juga mengemukakan kekhawatiran bahwa penguncian wilayah (lockdown) dapat menyebabkan orang menjadi lebih rentan terhadap radikalisasi dan perawatan.

Laporan ini seolah menguatkan peringatan yang dikeluarkan Koordinator nasional untuk program kontraterorisme Inggris, Kepala Inspektur Nik Adams, pada bulan Juni lalu. Saat itu Adams memperingatkan bahwa beberapa orang yang rentan akan tertarik pada kegiatan teroris, ketika sekolah, layanan kesehatan mental dan layanan kesehatan masyarakat dilanda pandemi.

Komisi itu juga memperingatkan bahwa teori konspirasi yang tidak berdasar dan informasi yang salah sebagian besar disebar secara online. Laporan itu menemukan bahwa sebuah postingan media sosial palsu tentang Muslim yang melanggar lockdown telah dibagikan sebanyak 2.700 kali.

Sebuah studi yang dikutip oleh laporan tersebut menemukan bahwa sekitar 90% dari posting yang berisi informasi yang salah tidak ditindaklanjuti oleh perusahaan media sosial, bahkan setelah ditandai oleh relawan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)