Rusia: NATO Butuh Musuh untuk Benarkan Keberadaannya
loading...
A
A
A
MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko menyatakan memiliki musuh untuk dilawan sangat penting untuk kelangsungan hidup NATO.
Diplomat itu menambahkan, perluasan blok itu sebagian besar dimotivasi kebutuhan memusuhi negara-negara sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan peran musuh.
“NATO adalah jenis organisasi yang tidak bisa hidup tanpa musuh. Kalau tidak ada pasti mati,” ujar dia seperti dikutip kantor berita RIA Novosti, Senin (14/11/2022).
“Mereka telah menyatakan Asia sebagai zona kepentingan aliansi, mendorong zona pertahanan mereka ke perbatasan China,” papar dia.
Grushko mengatakan konflik di Ukraina berasal dari niat NATO untuk akhirnya menerima Kiev sebagai anggota baru, sementara mengabaikan masalah keamanan nasional Rusia.
Menurut dia, aliansi itu masih berusaha membawa masuk Ukraina. Dia tidak percaya AS dan sekutunya bertindak rasional dalam masalah ini.
Kepemimpinan NATO mengklaim memiliki kebijakan pintu terbuka, mengatakan setiap negara memiliki hak berdaulat untuk memilihnya sebagai penyedia keamanan.
Piagamnya, bagaimanapun, mengharuskan semua anggota menyetujui ekspansi apa pun, fakta yang muncul ke permukaan setelah Turki menghentikan aksesi Finlandia dan Swedia atas dugaan perlindungan tersangka terorisme.
Diplomat itu menambahkan, perluasan blok itu sebagian besar dimotivasi kebutuhan memusuhi negara-negara sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan peran musuh.
“NATO adalah jenis organisasi yang tidak bisa hidup tanpa musuh. Kalau tidak ada pasti mati,” ujar dia seperti dikutip kantor berita RIA Novosti, Senin (14/11/2022).
“Mereka telah menyatakan Asia sebagai zona kepentingan aliansi, mendorong zona pertahanan mereka ke perbatasan China,” papar dia.
Grushko mengatakan konflik di Ukraina berasal dari niat NATO untuk akhirnya menerima Kiev sebagai anggota baru, sementara mengabaikan masalah keamanan nasional Rusia.
Menurut dia, aliansi itu masih berusaha membawa masuk Ukraina. Dia tidak percaya AS dan sekutunya bertindak rasional dalam masalah ini.
Kepemimpinan NATO mengklaim memiliki kebijakan pintu terbuka, mengatakan setiap negara memiliki hak berdaulat untuk memilihnya sebagai penyedia keamanan.
Piagamnya, bagaimanapun, mengharuskan semua anggota menyetujui ekspansi apa pun, fakta yang muncul ke permukaan setelah Turki menghentikan aksesi Finlandia dan Swedia atas dugaan perlindungan tersangka terorisme.