Dubes Rusia untuk AS: Saluran Pencegah Perang Nuklir 60 Tahun Lalu Sudah Mati

Sabtu, 22 Oktober 2022 - 15:19 WIB
loading...
A A A
Nasib perjanjian New START semakin terancam pada bulan Agustus ketika Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan penghentian inspeksi di tempat tanpa batas waktu, aspek inti dari perjanjian yang memastikan verifikasi timbal balik.

Langkah-langkah seperti itu sudah ditangguhkan sebagai akibat dari pandemi COVID-19, tetapi Moskow berpendapat bahwa mereka tidak dapat mematuhi dorongan Washington untuk melanjutkannya karena sanksi Barat yang membatasi lalu lintas udara untuk personel Rusia.

Departemen Luar Negeri Amerika telah membantah logika tersebut, di manan juru bicaranya menjelaskan kepada Newsweek pada bulan Agustus bahwa, "Sanksi AS dan tindakan pembatasan yang diberlakukan sebagai akibat dari perang Rusia melawan Ukraina konsisten dengan perjanjian New START dan tidak mencegah inspektur Rusia untuk melakukan inspeksi perjanjian New START di Amerika Serikat."

"Amerika Serikat telah dan akan terus melibatkan Rusia untuk memulai kembali inspeksi melalui saluran diplomatik," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS saat itu.

Tapi retorika perang dari kedua belah pihak justru meningkat sejak saat itu. Antonov menunjukkan contoh dari apa yang disebutnya "pernyataan hawkish oleh pejabat AS saat ini dan mantan pejabat AS", termasuk saran untuk serangan konvensional langsung terhadap pasukan Rusia oleh mantan komandan Angkatan Darat AS Eropa Jenderal Bed Hodges dan mantan direktur CIA Jenderal David Petraeus, yang juga memimpin pengawasan perang AS di Afghanistan dan Irak, dan peringatan mantan penasihat keamanan nasional John Bolton bahwa AS dapat menggulingkan Putin jika dia menggunakan senjata nuklir.

"Retorika delusi baru-baru ini tentang kemungkinan 'serangan pemenggalan kepala' terhadap kepemimpinan politik-militer Rusia menentang penjelasan yang masuk akal," kata Antonov.

"Apa yang terjadi di dalam kepala perencana militer AS? Saya ingin bertanya kepada rekan-rekan Amerika saya, 'apakah Tuan Bolton baik-baik saja?', " imbuh dia

Dan ketika Gedung Putih menuduh Kremlin menggunakan bahasa nuklir yang buruk, Antonov berpendapat bahwa Washington-lah yang perlu mengubah nadanya.

"Sudah waktunya bagi Washington untuk meninggalkan retorika nuklir yang dianggap tidak bertanggung jawab," kata Antonov.

"Pedang senjata nuklir tidak boleh diterima. Masalah ini sangat rumit. Setiap hari kita harus ingat bahwa perang nuklir tidak boleh dilakukan. Tidak akan ada pemenang dalam konflik nuklir," imbuh dia.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1333 seconds (0.1#10.140)