Menolak Tunduk pada AS soal Minyak, Tindakan Arab Saudi Dianggap Bermusuhan

Jum'at, 07 Oktober 2022 - 12:48 WIB
loading...
A A A
Kehadiran militer AS juga mencakup sistem pertahanan rudal Patriot dan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).

Pada hari Rabu, OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan beberapa negara penghasil minyak lainnya termasuk Rusia, mengumumkan akan mengurangi produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari.

Arab Saudi dianggap sebagai pemimpin de facto organisasi tersebut.

Harga gas di Amerika Serikat telah menurun setelah meroket pada rata-rata lebih dari USD5 per galon selama musim panas, lonjakan sebagian dikaitkan dengan sanksi terhadap minyak Rusia yang dikenakan sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina.

Keputusan OPEC telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat bahwa harga gas akan naik lagi, di mana analis GasBuddy Patrick De Haan memperkirakan kenaikan sekitar 15 hingga 30 persen per galon.

RUU dari tiga politisi Partai Demokrat, yang dijuluki “Strained Partnership Act", akan mengharuskan pemindahan semua pasukan dan peralatan militer AS dari Arab Saudi dan UEA dalam waktu 90 hari setelah pengesahannya.

"Sistem pertahanan rudal akan dipindahkan ke tempat lain di Timur Tengah dengan misi prioritas melindungi Angkatan Bersenjata Amerika Serikat," bunyi teks RUU tersebut.

"Sudah waktunya bagi Amerika Serikat untuk kembali bertindak seperti negara adidaya dalam hubungan kami dengan negara-negara klien kami di Teluk," imbuh tiga anggota Parlemen Amerika dalam pernyataan.

"Mereka telah membuat pilihan dan harus hidup dengan konsekuensinya. Pasukan dan peralatan militer kami dibutuhkan di tempat lain."

RUU mereka mirip dengan RUU yang diajukan satu anggota Senat Partai Republik pada tahun 2020 ketika pemerintahan Donald Trump berusaha menekan Arab Saudi atas produksi minyak.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1034 seconds (0.1#10.140)