Boris Johnson: Aksi Anti-Rasisme di Inggris Dibajak Ekstremis
loading...
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan aksi protes anti rasisme yang terjadi di seluruh Inggris telah dibajak oleh para ekstrimis yang berniat melakukan kekerasan.
"Jelas bahwa aksi protes dengan sangat menyedihkan telah dibajak oleh niat ekstrimis terhadap kekerasan," kata Johnson dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Twitter.
Ia pun mengecam aksi vandalisme terhadap patung-patung bersejarah, menyebutnya sebagai tindakan memalukan dan tidak masuk akal.
Salah satu patung yang menjadi sasaran vandalisme adalah patung Winston Churchill yang terletak di luar gedung parlemen. Patung itu telah dirusak pada akhir pekan lalu saat demonstrasi "Black Lives Matter" yang dipicu oleh kematian George Floyd saat ditangkap polisi di Minnesota pada 25 Mei lalu.(Baca: Viral, Video Pria Kulit Hitam Meninggal Dicekik Polisi AS )
Para pengunjuk rasa menyalahkan Churchill atas kebijakan yang menyebabkan kematian jutaan orang selama kelaparan di negara bagian Bengal, India pada 1943.
"Ya, dia (Churchill) kadang-kadang menyatakan pendapat yang tidak dapat diterima bagi kita hari ini, tetapi dia adalah seorang pahlawan, dan dia sepenuhnya layak mendapatkan monumen peringatan," tulis Johnson seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (13/6/2020).
Menurut Johnson penyerangan terhadap monumen nasional adalah upaya untuk "menyensor masa lalu".
“Kita sekarang tidak bisa mencoba mengedit atau menyensor masa lalu kita. Kita tidak bisa berpura-pura memiliki sejarah yang berbeda,” kata Johnson.
"Patung-patung di kota-kota kita dipasang oleh generasi sebelumnya," imbuhnya.
Kelompok "Black Lives Matter" di London mengatakan pihaknya membatalkan aksi protes yang direncanakan pada hari Sabtu karena kehadiran aktivis sayap kanan akan membuat jalannya aksi tidak aman, meskipun beberapa demonstran anti-rasisme masih cenderung berkumpul.
"Jelas bahwa aksi protes dengan sangat menyedihkan telah dibajak oleh niat ekstrimis terhadap kekerasan," kata Johnson dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Twitter.
Ia pun mengecam aksi vandalisme terhadap patung-patung bersejarah, menyebutnya sebagai tindakan memalukan dan tidak masuk akal.
Salah satu patung yang menjadi sasaran vandalisme adalah patung Winston Churchill yang terletak di luar gedung parlemen. Patung itu telah dirusak pada akhir pekan lalu saat demonstrasi "Black Lives Matter" yang dipicu oleh kematian George Floyd saat ditangkap polisi di Minnesota pada 25 Mei lalu.(Baca: Viral, Video Pria Kulit Hitam Meninggal Dicekik Polisi AS )
Para pengunjuk rasa menyalahkan Churchill atas kebijakan yang menyebabkan kematian jutaan orang selama kelaparan di negara bagian Bengal, India pada 1943.
"Ya, dia (Churchill) kadang-kadang menyatakan pendapat yang tidak dapat diterima bagi kita hari ini, tetapi dia adalah seorang pahlawan, dan dia sepenuhnya layak mendapatkan monumen peringatan," tulis Johnson seperti dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (13/6/2020).
Menurut Johnson penyerangan terhadap monumen nasional adalah upaya untuk "menyensor masa lalu".
“Kita sekarang tidak bisa mencoba mengedit atau menyensor masa lalu kita. Kita tidak bisa berpura-pura memiliki sejarah yang berbeda,” kata Johnson.
"Patung-patung di kota-kota kita dipasang oleh generasi sebelumnya," imbuhnya.
Kelompok "Black Lives Matter" di London mengatakan pihaknya membatalkan aksi protes yang direncanakan pada hari Sabtu karena kehadiran aktivis sayap kanan akan membuat jalannya aksi tidak aman, meskipun beberapa demonstran anti-rasisme masih cenderung berkumpul.