Suriah Murka! Sebut Serangan AS Bagian dari Agenda Bermusuhan

Jum'at, 04 Februari 2022 - 14:47 WIB
loading...
A A A
"Sayangnya, ISIS sekali lagi menunjukkan kebiadabannya dan, dalam tindakan terakhir yang pengecut dan mengabaikan kehidupan manusia, Haji Abdullah meledakkan sebuah ledakan, sebuah ledakan signifikan yang membunuh dirinya sendiri dan beberapa orang lainnya, termasuk istri dan anak-anaknya," kata pejabat senior pemerintah itu.

Ledakan itu dilaporkan cukup kuat untuk mendorong tubuh dari struktur, meninggalkan adegan mengerikan yang dibagikan secara luas di media sosial.

"Semua korban di lokasi itu karena tindakan teroris ISIS dan di dalam kediaman, termasuk Haji Abdullah, yang memulai tugasnya, menghancurkan sebagian besar lantai tiga," pejabat senior pemerintah itu menambahkan.

"Seorang rekan Haji Abdullah, teroris ISIS lainnya dan letnan ISIS, membarikade dirinya dan anggota keluarganya sendiri di lantai dua. Dia dan istrinya terlibat dalam serangan. Mereka terbunuh dalam operasi tersebut," imbuhnya.

Pertahanan Sipil Suriah, sebuah kelompok penyelamat yang juga dikenal sebagai White Helmets yang beroperasi di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di negara itu, merespons insiden di tempat kejadian. Juru bicara Mohammad al-Shebli mengatakan kepada Newsweek bahwa personelnya menunggu tiga jam sebelum helikopter militer AS meninggalkan daerah itu untuk menangani korban tewas dan terluka.



"Tim kami menyelamatkan seorang gadis yang terluka, semua anggota keluarganya tewas dalam serangan udara, dan orang lain yang terluka dalam bentrokan itu mendekati lokasi pendaratan untuk melihat apa yang terjadi," kata Shebli.

"Tim kami menemukan mayat setidaknya 13 orang yang tewas dalam penembakan dan bentrokan yang terjadi setelah operasi pendaratan, termasuk 6 anak-anak dan 4 wanita, dan tim kami menyerahkan dua mayat ke kedokteran forensik di kota Idlib."

Shebli tidak mengidentifikasi para korban atau memberikan petunjuk siapa yang membunuh mereka.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), pemantau yang berbasis di Inggris yang memiliki hubungan dengan oposisi Suriah yang diasingkan, juga mengikuti dengan cermat operasi itu saat berlangsung. Dalam laporan terbarunya yang diterbitkan Kamis, pemantau itu juga menyebut 13 orang tewas, termasuk empat wanita dan tiga anak-anak, dengan tiga mayat lainnya dikatakan tidak dapat dikenali akibat pembantaian itu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2162 seconds (0.1#10.140)
pixels