Ditemukan di Pasar Loak, Surat Korban Selamat Holocaust Dikembalikan ke Keluarga
loading...
A
A
A
NEW YORK - Toko barang bekas, pameran barang antik, dan pasar loak di kota New York, Amerika Serikat (AS) adalah tempat terbaik untuk menemukan pusaka keluarga. Itu pula yang terjadi dengan sebuah surat dari korban selamat Holocaust yang akhirnya kembali ke tangan keluarganya setelah ditemukan di pasar loakdan sempat "raib" selama tujuh dekade.
Surat itu ditulis oleh Ilse Loewenberg, seorang perempuan yang melompat keluar dari kereta api yang menuju kamp konsentrasi Auschwitz pada tahun 1943. Dia adalah bagian dari kelompok perlawanan bawah tanah Nazi bernama Gemeinschaft fur Frieden und Aufbau, atau Asosiasi untuk Perdamaian dan Perkembangan.
Menurut dokumentasi dari saudara perempuannya, Loewenberg melakukan perjalanan selama tiga hari untuk kembali ke Berlin setelah melarikan diri.
Pada tahun 1944, dia ditangkap kembali dan dimasukkan ke dalam sel isolasi di Berlin sampai dia dibebaskan oleh pasukan Rusia pada Juli 1945.
Loewenberg kehilangan ibu, ayah, dua saudara perempuan dan suaminya dalam Holocaust.
Setelah dia dibebaskan, dia menulis surat kepada saudara perempuannya yang masih hidup, Carla, yang berimigrasi ke Inggris sebelum perang. Carla adalah satu-satunya saudara perempuan dan anggota keluarga Loewenberg yang selamat dari tragedi itu.
"Melalui kebaikan para pembebas kami, saya dapat memberi kamu tanda kehidupan dari saya setelah bertahun-tahun," tulis Loewenberg dalam bahasa Jerman.
"Ayah, Ibu, Grete, Lottchen dan Hermann: tidak ada yang hidup lagi. Rasa sakit saya luar biasa besar. Suami saya, yang saya nikahi 3,5 tahun yang lalu, juga diambil dari saya! Ketika akan ada koneksi surat biasa, saya akan menceritakan semuanya secara detail," sambungnya seperti dikutip dari ABC News, Jumat (28/1/2022).
Surat itu kemudian dibeli oleh seorang desain interior Chelsey Brown. Ia kemudian menemukan detail silsilah keluarga Loewenberg melalui MyHeritage.com, sebuah platform sejarah keluarga global yang menyimpan catatan sejarah.
Dia menemukan bahwa baik Loewenberg dan Carla berimigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di Forest Hills, New York, pada tahun 1948. Baik Loewenberg maupun Carla tidak memiliki anak, tetapi mereka memiliki keluarga besar dari pihak suami masing-masing.
Brown kemudian menemukan Jill Butler, putri saudara ipar Loewenberg. Butler dan Loewenberg, yang dulu tinggal berdekatan, dekat sebelum Loewenberg meninggal pada 2001.
Ketika Brown mengirim surat kepada Butler, Butler dan keluarganya pun tergerak.
"Seluruh keluarga saya benar-benar kagum dengan semua yang telah Anda lakukan untuk kami," kata Butler dalam sepucuk surat kembali ke Brown.
"Kami semua mencintai Bibi Ilse kami dan sangat senang membaca pikirannya dengan tulisan tangannya sendiri setelah dia muncul dari kedalaman neraka Eropa," sambungnya.
"Semoga Tuhan memberkati pekerjaan mulia Anda, dan semoga Anda menerima banyak berkah sebagai balasan atas semua yang Anda lakukan untuk keluarga seperti saya," dia menambahkan.
Brown, yang keluarganya juga kehilangan anggota dalam Holocaust, sekarang merasakan hubungan yang mendalam dengan Loewenberg dan mengatakan bahwa kisah perempuan itu telah menginspirasinya.
"Dia sedikit inspirasi bagi semua orang untuk menjadi lebih baik dalam hidup. Setelah perang, Ilse benar-benar mengirim persediaan ke keluarga yang membantu menyembunyikannya di Berlin," ungkapnya.
"Dia benar-benar contoh berbuat baik di dunia atau bersikap baik di dunia yang tidak baik," imbuhnya.
Brown, yang telah melakukan ratusan pengembalian pusaka keluarga, mengatakan bahwa kisah-kisah itu telah mengajarinya banyak hal tentang kehidupan dan hubungan. Ia pun berharap lebih banyak orang dapat terhubung kembali dengan pusaka keluarganya.
"Itu menghancurkan hati saya, karena saya yakin ada banyak barang yang bisa saya bantu untuk bersatu kembali dengan keluarganya yang sah," ujar Brown.
"Kita seharusnya tidak menjual barang-barang ini. Seharusnya ilegal. Mereka harus kembali ke keluarga mereka," cetusnya.
"Alasan mengapa orang-orang yang terhubung dengan pusaka saya kembalikan di media sosial adalah karena itu menunjukkan bahwa ada keajaiban dalam kehidupan orang kebanyakan," kata Brown.
"Kita masing-masing memiliki leluhur dan cerita unik, dan saya pikir itulah yang dibutuhkan dunia dan generasi kita saat ini," pungkasnya.
Surat itu ditulis oleh Ilse Loewenberg, seorang perempuan yang melompat keluar dari kereta api yang menuju kamp konsentrasi Auschwitz pada tahun 1943. Dia adalah bagian dari kelompok perlawanan bawah tanah Nazi bernama Gemeinschaft fur Frieden und Aufbau, atau Asosiasi untuk Perdamaian dan Perkembangan.
Menurut dokumentasi dari saudara perempuannya, Loewenberg melakukan perjalanan selama tiga hari untuk kembali ke Berlin setelah melarikan diri.
Pada tahun 1944, dia ditangkap kembali dan dimasukkan ke dalam sel isolasi di Berlin sampai dia dibebaskan oleh pasukan Rusia pada Juli 1945.
Loewenberg kehilangan ibu, ayah, dua saudara perempuan dan suaminya dalam Holocaust.
Setelah dia dibebaskan, dia menulis surat kepada saudara perempuannya yang masih hidup, Carla, yang berimigrasi ke Inggris sebelum perang. Carla adalah satu-satunya saudara perempuan dan anggota keluarga Loewenberg yang selamat dari tragedi itu.
"Melalui kebaikan para pembebas kami, saya dapat memberi kamu tanda kehidupan dari saya setelah bertahun-tahun," tulis Loewenberg dalam bahasa Jerman.
"Ayah, Ibu, Grete, Lottchen dan Hermann: tidak ada yang hidup lagi. Rasa sakit saya luar biasa besar. Suami saya, yang saya nikahi 3,5 tahun yang lalu, juga diambil dari saya! Ketika akan ada koneksi surat biasa, saya akan menceritakan semuanya secara detail," sambungnya seperti dikutip dari ABC News, Jumat (28/1/2022).
Surat itu kemudian dibeli oleh seorang desain interior Chelsey Brown. Ia kemudian menemukan detail silsilah keluarga Loewenberg melalui MyHeritage.com, sebuah platform sejarah keluarga global yang menyimpan catatan sejarah.
Dia menemukan bahwa baik Loewenberg dan Carla berimigrasi ke Amerika Serikat dan menetap di Forest Hills, New York, pada tahun 1948. Baik Loewenberg maupun Carla tidak memiliki anak, tetapi mereka memiliki keluarga besar dari pihak suami masing-masing.
Brown kemudian menemukan Jill Butler, putri saudara ipar Loewenberg. Butler dan Loewenberg, yang dulu tinggal berdekatan, dekat sebelum Loewenberg meninggal pada 2001.
Ketika Brown mengirim surat kepada Butler, Butler dan keluarganya pun tergerak.
"Seluruh keluarga saya benar-benar kagum dengan semua yang telah Anda lakukan untuk kami," kata Butler dalam sepucuk surat kembali ke Brown.
"Kami semua mencintai Bibi Ilse kami dan sangat senang membaca pikirannya dengan tulisan tangannya sendiri setelah dia muncul dari kedalaman neraka Eropa," sambungnya.
"Semoga Tuhan memberkati pekerjaan mulia Anda, dan semoga Anda menerima banyak berkah sebagai balasan atas semua yang Anda lakukan untuk keluarga seperti saya," dia menambahkan.
Brown, yang keluarganya juga kehilangan anggota dalam Holocaust, sekarang merasakan hubungan yang mendalam dengan Loewenberg dan mengatakan bahwa kisah perempuan itu telah menginspirasinya.
"Dia sedikit inspirasi bagi semua orang untuk menjadi lebih baik dalam hidup. Setelah perang, Ilse benar-benar mengirim persediaan ke keluarga yang membantu menyembunyikannya di Berlin," ungkapnya.
"Dia benar-benar contoh berbuat baik di dunia atau bersikap baik di dunia yang tidak baik," imbuhnya.
Brown, yang telah melakukan ratusan pengembalian pusaka keluarga, mengatakan bahwa kisah-kisah itu telah mengajarinya banyak hal tentang kehidupan dan hubungan. Ia pun berharap lebih banyak orang dapat terhubung kembali dengan pusaka keluarganya.
"Itu menghancurkan hati saya, karena saya yakin ada banyak barang yang bisa saya bantu untuk bersatu kembali dengan keluarganya yang sah," ujar Brown.
"Kita seharusnya tidak menjual barang-barang ini. Seharusnya ilegal. Mereka harus kembali ke keluarga mereka," cetusnya.
"Alasan mengapa orang-orang yang terhubung dengan pusaka saya kembalikan di media sosial adalah karena itu menunjukkan bahwa ada keajaiban dalam kehidupan orang kebanyakan," kata Brown.
"Kita masing-masing memiliki leluhur dan cerita unik, dan saya pikir itulah yang dibutuhkan dunia dan generasi kita saat ini," pungkasnya.
(ian)