Uni Eropa Ancam Rusia dengan Sanksi Ekonomi Dahsyat Jika Serang Ukraina
loading...
A
A
A
BERLIN - Uni Eropa mengancam sanksi ekonomi "besar-besaran" jika Moskow menyerang Ukraina . Eropa dan Amerika Serikat (AS) memiliki kekhawatiran besar soal penempatan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengumpulkan sekutu pada Kamis (20/1/2022), menjelang pembicaraan krisis terakhir dengan Rusia yang bertujuan mencegah perang. Blinken mengunjungi Kiev pada hari Rabu dan bertemu dengan menteri Jerman, Prancis, dan Inggris pada hari Kamis di Berlin.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mengepalai eksekutif Uni Eropa, mengatakan, Eropa akan menanggapi serangan baru "dengan sanksi ekonomi dan keuangan besar-besaran.
“Komunitas transatlantik berdiri teguh dalam hal ini. Kami tidak menerima upaya Rusia untuk membagi Eropa menjadi wilayah pengaruh. Jika serangan terjadi, kami siap (dengan sanksi)," tegas Ursula, seperti dikutip dari Reuters.
Putaran sanksi ekonomi yang berulang sejak 2014 berdampak kecil pada kebijakan Rusia, dengan Moskow, pemasok energi utama Eropa, menghitung bahwa Barat akan menghentikan langkah-langkah yang cukup serius untuk mengganggu ekspor gas.
Pejabat AS dan Eropa mengatakan masih ada langkah-langkah keuangan yang kuat yang belum dicoba. Jerman memberi isyarat pada hari Selasa, bahwa mereka dapat menghentikan Nord Stream 2, pipa gas baru dari Rusia yang mengitari Ukraina, jika Moskow menyerang.
Rusia telah memindahkan pasukan ke Belarus dan mengaku akan menggelar latihan militer bersama, dan juga memiliki pasukan yang berbasis di wilayah Moldova yang memisahkan diri. Ini memberikan opsi untuk menyerang Ukraina dari empat sisi. Delapan tahun lalu mereka merebut Krimea dan mendukung pasukan separatis yang menguasai sebagian besar wilayah timur Ukraina.
Rusia membantah merencanakan invasi baru, tetapi mengatakan pihaknya merasa terancam oleh hubungan Kyiv yang berkembang dengan Barat. Rusia juga ingin mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan agar aliansi itu menarik kembali pasukan dan senjata dari Eropa timur.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengumpulkan sekutu pada Kamis (20/1/2022), menjelang pembicaraan krisis terakhir dengan Rusia yang bertujuan mencegah perang. Blinken mengunjungi Kiev pada hari Rabu dan bertemu dengan menteri Jerman, Prancis, dan Inggris pada hari Kamis di Berlin.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mengepalai eksekutif Uni Eropa, mengatakan, Eropa akan menanggapi serangan baru "dengan sanksi ekonomi dan keuangan besar-besaran.
“Komunitas transatlantik berdiri teguh dalam hal ini. Kami tidak menerima upaya Rusia untuk membagi Eropa menjadi wilayah pengaruh. Jika serangan terjadi, kami siap (dengan sanksi)," tegas Ursula, seperti dikutip dari Reuters.
Putaran sanksi ekonomi yang berulang sejak 2014 berdampak kecil pada kebijakan Rusia, dengan Moskow, pemasok energi utama Eropa, menghitung bahwa Barat akan menghentikan langkah-langkah yang cukup serius untuk mengganggu ekspor gas.
Pejabat AS dan Eropa mengatakan masih ada langkah-langkah keuangan yang kuat yang belum dicoba. Jerman memberi isyarat pada hari Selasa, bahwa mereka dapat menghentikan Nord Stream 2, pipa gas baru dari Rusia yang mengitari Ukraina, jika Moskow menyerang.
Rusia telah memindahkan pasukan ke Belarus dan mengaku akan menggelar latihan militer bersama, dan juga memiliki pasukan yang berbasis di wilayah Moldova yang memisahkan diri. Ini memberikan opsi untuk menyerang Ukraina dari empat sisi. Delapan tahun lalu mereka merebut Krimea dan mendukung pasukan separatis yang menguasai sebagian besar wilayah timur Ukraina.
Rusia membantah merencanakan invasi baru, tetapi mengatakan pihaknya merasa terancam oleh hubungan Kyiv yang berkembang dengan Barat. Rusia juga ingin mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan agar aliansi itu menarik kembali pasukan dan senjata dari Eropa timur.
(esn)