Penyakit Misterius Membunuh 89 Orang di Afrika
loading...
A
A
A
JUBA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang menyelidiki kematian hampir 100 orang karena penyakit misterius yang belum diidentifikasi di Fangak, Negara Bagian Jonglei, Sudan Selatan .
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Sudan Selatan melaporkan bahwa penyakit yang tidak diketahui telah menewaskan puluhan orang di daerah yang merupakan salah satu yang paling parah dilanda banjir baru-baru ini.
Seorang pejabat kesehatan setempat mengatakan sampel awal yang dikumpulkan di daerah itu menunjukkan hasil tes negatif untuk kolera.
"Kami memutuskan untuk mengirim tim respon cepat pergi dan melakukan penilaian serta investigasi risiko; saat itulah mereka dapat mengumpulkan sampel dari orang yang sakit - tetapi untuk sementara angka yang kami dapatkan adalah ada 89 kematian," kata Sheila dari WHO Baya seperti dilansir dari BBC, Rabu (15/12/2021).
Dikatakan oleh Sheila, daerah Fangak tidak dapat dijangkau melalui jalur darat akibat banjir dan tim menunggu helikopter untuk memulangkan mereka ke ibu kota, Juba, pada Rabu.
Disebabkan oleh hujan lebat, banjir yang melanda negara miskin di Afrika itu pada awal tahun adalah yang terburuk dari empat negara bagian yang terkena dampak sejak 1962, kata badan pengungsi PBB UNHCR pada Oktober lalu.
“Banjir saat ini melanda pada saat orang sudah menghadapi tiga ancaman konflik, COVID-19, dan kelaparan,” kata badan tersebut seperti dikutip dari Russia Today.
Wabah ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran global atas jenis varian baru COVID-19, Omicron. Kemunculan varian baru ini mendorong beberapa negara Barat untuk memberlakukan pembatasan perjalanan tambahan untuk beberapa negara di Afrika selatan, tempat varian itu terdeteksi.
Sementara Sudan Selatan tidak ada dalam daftar baru, negara itu memiliki banyak masalah lain yang berasal dari kekerasan yang terus berlanjut, kekurangan dana untuk sistem perawatan kesehatan dan bencana alam.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Sudan Selatan melaporkan bahwa penyakit yang tidak diketahui telah menewaskan puluhan orang di daerah yang merupakan salah satu yang paling parah dilanda banjir baru-baru ini.
Seorang pejabat kesehatan setempat mengatakan sampel awal yang dikumpulkan di daerah itu menunjukkan hasil tes negatif untuk kolera.
"Kami memutuskan untuk mengirim tim respon cepat pergi dan melakukan penilaian serta investigasi risiko; saat itulah mereka dapat mengumpulkan sampel dari orang yang sakit - tetapi untuk sementara angka yang kami dapatkan adalah ada 89 kematian," kata Sheila dari WHO Baya seperti dilansir dari BBC, Rabu (15/12/2021).
Dikatakan oleh Sheila, daerah Fangak tidak dapat dijangkau melalui jalur darat akibat banjir dan tim menunggu helikopter untuk memulangkan mereka ke ibu kota, Juba, pada Rabu.
Disebabkan oleh hujan lebat, banjir yang melanda negara miskin di Afrika itu pada awal tahun adalah yang terburuk dari empat negara bagian yang terkena dampak sejak 1962, kata badan pengungsi PBB UNHCR pada Oktober lalu.
Baca Juga
“Banjir saat ini melanda pada saat orang sudah menghadapi tiga ancaman konflik, COVID-19, dan kelaparan,” kata badan tersebut seperti dikutip dari Russia Today.
Wabah ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran global atas jenis varian baru COVID-19, Omicron. Kemunculan varian baru ini mendorong beberapa negara Barat untuk memberlakukan pembatasan perjalanan tambahan untuk beberapa negara di Afrika selatan, tempat varian itu terdeteksi.
Sementara Sudan Selatan tidak ada dalam daftar baru, negara itu memiliki banyak masalah lain yang berasal dari kekerasan yang terus berlanjut, kekurangan dana untuk sistem perawatan kesehatan dan bencana alam.
(ian)