China Dituduh Sembunyikan Rudal Rahasia di Kontainer untuk Serangan Kejutan
loading...
A
A
A
Menurut pengamat, rudal dengan hulu ledak elektromagnetik (EMP) dapat menonaktifkan pangkalan kapal selam rudal balistik nuklir terdekat.
“Ledakan EMP mungkin menghancurkan elektronik di (kapal selam) dan di seluruh pangkalan tanpa harus meluncurkan rudal nuklir dari China,” ujar dia.
Dia memperingatkan, “Washington akan berada dalam kekacauan, tidak akan tahu siapa yang harus dibalas, dan mungkin China menggunakan gangguan di Amerika untuk memulai tujuan sebenarnya, penaklukan militer Taiwan."
Teknologi baru di bidang elektronik, berupa mesin berukuran kecil, bahan bakar roket, dan bahan peledak telah memfasilitasi pengembangan rudal jelajah berukuran kecil.
Rudal semacam ini pertama kali ditempatkan di kontainer angkatan laut satu dekade lalu oleh sejumlah negara, termasuk Rusia, AS, dan Inggris.
Pada 2016, China dikatakan telah menciptakan kompleks rudal pertamanya yang dapat disamarkan sebagai kontainer kargo biasa.
Pada 2019, Beijing dilaporkan berhasil memasukkan rudal jelajah jarak jauh ke dalam satu kontainer, yang dapat menyamar sebagai kargo komersial.
Sistem ini dikatakan sangat berbahaya karena mereka dapat tiba di pelabuhan dengan kapal-kapal dagang, serta tidak dapat dibedakan dari kargo lainnya.
Satu laporan baru-baru ini dari Stockton Center mengklaim, “Rudal yang disamarkan sebagai kargo komersial sebenarnya dapat melanggar hukum internasional tentang konflik bersenjata, karena membahayakan pelaut sipil dan menempatkan semua kapal sipil dalam risiko yang mungkin beroperasi di area permusuhan.”
Komentar Fisher muncul di tengah laporan China bertekad memperkuat posisinya di Atlantik dan benua Afrika, setelah sebelumnya membangun pangkalan luar negeri di Djibouti.
“Ledakan EMP mungkin menghancurkan elektronik di (kapal selam) dan di seluruh pangkalan tanpa harus meluncurkan rudal nuklir dari China,” ujar dia.
Dia memperingatkan, “Washington akan berada dalam kekacauan, tidak akan tahu siapa yang harus dibalas, dan mungkin China menggunakan gangguan di Amerika untuk memulai tujuan sebenarnya, penaklukan militer Taiwan."
Teknologi baru di bidang elektronik, berupa mesin berukuran kecil, bahan bakar roket, dan bahan peledak telah memfasilitasi pengembangan rudal jelajah berukuran kecil.
Rudal semacam ini pertama kali ditempatkan di kontainer angkatan laut satu dekade lalu oleh sejumlah negara, termasuk Rusia, AS, dan Inggris.
Pada 2016, China dikatakan telah menciptakan kompleks rudal pertamanya yang dapat disamarkan sebagai kontainer kargo biasa.
Pada 2019, Beijing dilaporkan berhasil memasukkan rudal jelajah jarak jauh ke dalam satu kontainer, yang dapat menyamar sebagai kargo komersial.
Sistem ini dikatakan sangat berbahaya karena mereka dapat tiba di pelabuhan dengan kapal-kapal dagang, serta tidak dapat dibedakan dari kargo lainnya.
Satu laporan baru-baru ini dari Stockton Center mengklaim, “Rudal yang disamarkan sebagai kargo komersial sebenarnya dapat melanggar hukum internasional tentang konflik bersenjata, karena membahayakan pelaut sipil dan menempatkan semua kapal sipil dalam risiko yang mungkin beroperasi di area permusuhan.”
Komentar Fisher muncul di tengah laporan China bertekad memperkuat posisinya di Atlantik dan benua Afrika, setelah sebelumnya membangun pangkalan luar negeri di Djibouti.