Mengapa Raja Arab Saudi Bukan Keturunan Nabi Muhammad? Ini Sejarahnya

Kamis, 25 November 2021 - 11:00 WIB
loading...
A A A
Mengutip laman resmi House of Saud, diceritakan bahwa pada awal abad ke-18, seorang cendekiawan dan pembaharu Muslim bernama Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai menganjurkan untuk kembali ke bentuk Islam yang asli. Gerakan Abdul Wahhab ditentang para para ulama dan pemimpin agama setempat yang memandang ajarannya sebagai ancaman terhadap basis kekuasaan mereka.

Abdul Wahhab kemudian mencari perlindungan di kota Diriyah, yang saat itu diperintah oleh Muhammad bin Saud.

Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud membentuk kesepakatan untuk mendedikasikan diri mereka guna mengembalikan ajaran Islam yang murni kepada komunitas Muslim. Dalam semangat itu, bin Saud mendirikan Negara Arab Saudi Pertama yang makmur di bawah bimbingan spiritual bin Abdul Wahhab, sosok yang dikenal sebagai pencetus Wahhabisme.

Pada 1788, Negara Arab Saudi Pertama menguasai seluruh dataran tinggi tengah yang dikenal sebagai Najd. Pada awal abad ke-19, kekuasaannya meluas ke sebagian besar Semenanjung Arab, termasuk Makkah dan Madinah.

Popularitas dan kesuksesan al-Saud menimbulkan kecurigaan Kesultanan Utsmaniyah, kekuatan dominan di Timur Tengah dan Afrika Utara saat itu.

Pada tahun 1818, Kesultanan Utsmaniyah mengirimkan pasukan ekspedisi besar yang dipersenjatai dengan artileri modern ke wilayah barat Arabia. Tentara Ottoman mengepung Diriyah, yang sekarang telah berkembang menjadi salah satu kota terbesar di semenanjung tersebut. Pasukan Ottoman meratakan kota dengan senjata lapangan dan membuatnya tidak dapat dihuni secara permanen dengan merusak sumur dan menumbangkan pohon-pohon kurma.

Negara Arab Saudi Kedua

Pada tahun 1824, keluarga al-Saud telah mendapatkan kembali kendali politik di Arab Saudi tengah. Penguasa Saudi, Turki bin Abdullah al-Saud memindahkan ibu kotanya ke Riyadh, sekitar 20 mil selatan Diriyah, dan mendirikan Negara Arab Saudi Kedua.
Selama 11 tahun pemerintahannya, Turki bin Abdullah al-Saud berhasil merebut kembali sebagian besar tanah yang hilang dari Ottoman. Saat ia memperluas kekuasaannya, ia mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa rakyatnya menikmati hak, dan ia melihat kesejahteraan mereka.

Di bawah Turki bin Abdullah al-Saud dan putranya, Faisal, Negara Saudi Kedua menikmati masa damai dan kemakmuran, dan perdagangan dan pertanian berkembang.

Ketenangan itu hancur pada tahun 1865 oleh kampanye Utsmaniyah yang diperbarui untuk memperluas kerajaan Timur Tengah-nya ke Semenanjung Arab. Tentara Utsmaniyah merebut sebagian Negara Saudi, yang saat itu diperintah oleh putra Faisal, Abdulrahman.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1059 seconds (0.1#10.140)