Bakal Punya 1.000 Hulu Ledak Nuklir, China Bikin Pentagon Waswas

Kamis, 04 November 2021 - 01:46 WIB
loading...
Bakal Punya 1.000 Hulu Ledak Nuklir, China Bikin Pentagon Waswas
Pentagon memperingatkan China akan mempunyai 1.000 hulu ledak nuklir pada akhir dekade ini. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - China telah memperluas kekuatan nuklirnya dengan cepat dan mungkin akan memiliki 1.000 hulu ledak nuklir pada akhir dekade karena berniat untuk melampaui pengaruh global Amerika Serikat (AS). Demikian laporan yang dirilis Pentagon .

Perkiraan tersebut berdasarkan modernisasi yang cepat opsi serangan nuklir China dan pembangunan silo misilnya. Ini menandai peningkatan dramatis dari proyeksi dalam laporan Kekuatan Militer China tahun lalu, yang memperkirakan bahwa China akan menggandakan persediaan 200 hulu ledak nuklir mereka dalam satu dekade.

"Ekspansi nuklir yang dilakukan (Republik Rakyat China) tentu sangat memprihatinkan bagi kami," kata pejabat senior pertahanan AS yang memberi pengarahan kepada wartawan tentang laporan itu.

"Adalah satu hal untuk mengamati apa yang mereka lakukan, tetapi mereka belum benar-benar menjelaskan mengapa mereka melakukannya," imbuhnya seperti dikutip dari CNN, Kamis (4/11/2021).

Pejabat itu mengatakan penumpukan itu menimbulkan keraguan serius tentang maksud di balik persediaan nuklir China.



"Mereka bergerak ke arah yang secara substansial melebihi tempat mereka sebelumnya dalam hal jumlah dan kemampuan," kata pejabat itu.

Meskipun China masih mempertahankan kebijakan untuk tidak menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir , pejabat itu mengatakan China telah mengirimkan sinyal ada keadaan di mana itu tidak akan berlaku.

China juga berfokus pada kekuatan nuklir yang ramping dan efektif, tetapi peningkatan mereka saat ini lebih besar daripada yang diantisipasi AS dan jauh melampaui apa yang pernah mereka lakukan secara historis. Investasi dalam kekuatan nuklirnya telah memungkinkan China untuk membangun triad nuklir "baru lahir" dari rudal balistik yang diluncurkan dari udara, serta rudal yang diluncurkan dari permukaan dan laut, mirip dengan triad Amerika Serikat sendiri.

AS saat ini memiliki 3.750 hulu ledak nuklir dalam persediaannya, menurut data terbaru dari Departemen Luar Negeri, mengerdilkan ukuran persediaan nuklir China.

Laporan Pentagon, yang secara resmi disebut Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China 2021, juga berfokus pada tujuan Beijing untuk pengembangan masa depan dan modernisasi angkatan bersenjatanya. Yang terpenting, jika China memenuhi tujuan modernisasi sementaranya untuk tahun 2027, itu dapat memberi Beijing berbagai pilihan berbeda mengenai Taiwan dari blokade pulau hingga potensi invasi amfibi baik terhadap Taiwan langsung atau salah satu pulau terpencil yang lebih kecil.



Pada saat yang sama, China juga bertujuan untuk mencegah intervensi asing dalam apa yang dilihat Beijing sebagai masalah politik domestik.

"Jelas, mereka melihat Amerika Serikat atau pihak lain yang mereka pikir mungkin campur tangan atas nama Taiwan," kata pejabat itu.

Melampaui 2027, China ingin menyelesaikan modernisasi militernya pada 2035 dan menjadi militer kelas dunia pada 2049, bertepatan dengan peringatan 100 tahun berdirinya Republik Rakyat China (RRC).

"Itu akan memungkinkannya untuk menggantikan aliansi AS dan kemitraan keamanan di kawasan Indo-Pasifik," bunyi laporan itu.

Laporan tersebut, yang merangkum perkembangan militer China selama tahun 2020, tidak menggambarkan uji coba rudal hipersonik yang baru-baru ini dilakukan oleh China selama musim panas.

Laporan tersebut mencatat bahwa China menerjunkan rudal DF-17 tahun lalu, sebuah rudal balistik jarak menengah yang mampu meluncurkan kendaraan luncur hipersonik.

China sendiri membantah telah menguji senjata hipersonik.



Laporan tahun ini menambahkan bagian baru pada penelitian kimia dan biologi China, meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan aplikasi penggunaan ganda dari aktivitas biologis negara tersebut. Tetapi laporan tersebut tidak menyelami asal-usul atau penyebaran virus Corona. Sebaliknya, laporan itu mencatat bahwa pandemi COVID-19 adalah kekuatan pendorong di belakang kebijakan luar negeri China, karena berusaha untuk menangkis kesalahan apa pun atas wabah tersebut sambil menggunakan bantuan asing untuk membangun pengaruh regional.

Pentagon telah berulang kali menyebut China sebagai tantangan bagi AS. Namun kesiapan AS dalam menghadapi tantangan dari Asia Timur itu justru diruwetkan dengan jalur birokrasi yang disebutseorang jenderal "brutal".

"Kecepatan mereka bergerak dan lintasan yang mereka tempuh akan melampaui Rusia dan Amerika Serikat jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mengubahnya. Itu akan terjadi. Jadi saya pikir kita harus melakukan sesuatu," ujar Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan yang akan pensiun, Jenderal John Hyten.



Sementara itu pada konferensi pers penutupan KTT iklim COP26, Presiden AS Joe Biden menekankan bahwa persaingan tidak membuat konflik tak terhindarkan.

"Tidak ada alasan untuk ada konflik," ujarnya.

Tentang pertemuan puncak virtualnya yang akan datang dengan Presiden China Xi Jinping, Biden berkata: "Saya juga telah mengindikasikan kepadanya, jadi saya tidak segan untuk mengatakannya secara terbuka, bahwa kami mengharapkan dia untuk bermain sesuai aturan."
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2004 seconds (0.1#10.140)