Penjaga Tembak Mati 6 Migran di Fasilitas Penahanan Tripoli

Minggu, 10 Oktober 2021 - 04:00 WIB
loading...
Penjaga Tembak Mati...
Ilustrasi
A A A
TRIPOLI - Penjaga menembak mati 6 migran di fasilitas penahanan Al-Mabani di Tripoli, Libya yang penuh sesak pada Jumat (8/10). Fakta mengerikan ini diungkapkan oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

"Penembakan terjadi dan enam migran tewas. Mereka ditembak oleh penjaga," kata Kepala Badan PBB Libya, Federico Soda, seperti dikutip dari France24. Dia menambahkan, setidaknya 20 migran lainnya terluka.



"Kami tidak tahu apa yang memicu insiden hari ini, tetapi itu terkait dengan kepadatan penghuni dan situasi yang mengerikan dan sangat menegangkan di fasilitas Al-Mabani, di ibu kota,” lanjutnya.

Soda mengatakan, pusat penahanan di Al-Mabani yang dijaga ketat, memiliki kapasitas 1.000 orang. Namun kini, fasilitas itu sekarang menampung 3.000 migran, sebagian besar dari Afrika sub-Sahara, sekitar sepertiga dari mereka berada di halaman di luar gedung.

“Penjaga telah melepaskan tembakan ke udara untuk mengendalikan insiden sebelumnya, yang berlangsung selama sepekan. Banyak yang melarikan diri dalam kekacauan itu,” jelas Soda.

"Penahanan mereka sewenang-wenang dan tidak pandang bulu. Ada orang di sana yang memiliki dokumen hukum, tetapi mereka terjebak di negara ini,” tambahnya.



Badan Pengungsi PBB, UNHCR, semakin khawatir tentang situasi kemanusiaan bagi pencari suaka dan pengungsi di Libya. "Menyusul operasi keamanan skala besar oleh otoritas Libya dalam seminggu terakhir, penangkapan dan penggerebekan telah terjadi di banyak bagian Tripoli, menargetkan daerah-daerah di mana pencari suaka dan migran tinggal,” sebut pernyataan UNHCR.

Terutama sejak Libya runtuh ke dalam kekerasan setelah revolusi 2011, Libya telah menjadi titik keberangkatan utama bagi puluhan ribu migran, terutama dari Afrika sub-Sahara, yang berharap mencapai Eropa. Pusat-pusat resmi untuk para migran yang ditahan di Libya yang dilanda perang penuh dengan korupsi dan kekerasan, termasuk kekerasan seksual.

Para pedagang manusia telah mengambil keuntungan dari kekacauan bertahun-tahun di negara itu untuk melakukan aksi mereka.
(esn)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2052 seconds (0.1#10.140)