3 Alasan AS Atur Ulang Strategi Perang Nuklir, Salah Satunya Membuat Bom Lebih Dahsyat

Minggu, 24 November 2024 - 16:42 WIB
loading...
3 Alasan AS Atur Ulang...
AS atur ulang strategi perang nuklir. Foto/X/@CaptCoronado
A A A
WASHINGTON - Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan bahwa banyak musuh bebuyutan yang memiliki senjata nuklir menantang keamanan AS dan sekutu serta mitranya. Untuk itu, AS tengah mengembangkan dan memodernisasi persenjataan nuklir mereka.

3 Alasan AS Atur Ulang Strategi Perang Nuklir, Salah Satunya Membuat Bom Lebih Dahsyat

1. Memperkuat Fleksibilitas dan Modernisasi

Sehubungan dengan hal ini, Richard Johnson, wakil asisten menteri pertahanan, secara khusus menyoroti Rusia dan China, dan mencatat bahwa AS mungkin perlu menyesuaikan Tinjauan Postur Nuklir 2022 untuk mempertahankan pencegahan nuklir. Namun, ia mencatat bahwa upaya modernisasi nuklir saat ini mungkin tidak cukup.

Menurut Johnson, untuk mengatasi masalah tersebut, Pentagon "telah mengambil langkah-langkah untuk mengerahkan kemampuan guna meningkatkan pencegahan dan fleksibilitas nuklir." Elemen-elemen kuncinya meliputi pengembangan bom gravitasi B61-13, dan peningkatan kesiapan kapal selam kelas Ohio yang bersenjata dan bertenaga nuklir.


2. Membuat Bom Nuklir dengan Dampak yang Lebih Dahsyat

Melansir RT, Pentagon mengumumkan pengembangan varian baru bom B61 Oktober lalu, dengan mengatakan bahwa bom itu akan menggantikan beberapa versi lama dan memberi AS "opsi tambahan terhadap target militer tertentu yang lebih keras dan lebih luas."

Sementara itu, Washington menekankan bahwa penerjunan B61-13 "bukan sebagai respons terhadap peristiwa terkini tertentu" dan tidak akan menambah persediaan nuklir secara keseluruhan.

Kapal selam kelas Ohio adalah elemen kunci dari triad nuklir AS dan secara khusus dirancang untuk pencegahan nuklir. Kapal selam itu dapat dipersenjatai dengan rudal Trident dengan jangkauan hingga 12.000 km.

3. Rusia Terus Kembangkan Senjata Nuklir

Komentar Johnson muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan perubahan dalam doktrin nuklir negara itu pada akhir September. Dokumen tersebut diamandemen untuk menetapkan bahwa "agresi terhadap Federasi Rusia dan/atau sekutunya dari negara non-nuklir mana pun dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir akan dianggap sebagai serangan bersama mereka."

Putin menyetujui perubahan tersebut pada 19 November karena AS dan beberapa negara Barat mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh buatan luar negeri untuk menyerang jauh ke Rusia, meskipun Moskow memperingatkan bahwa hal ini akan meningkatkan konflik dan mengakibatkan partisipasi langsung NATO dalam permusuhan.

Awal minggu ini, Rusia melakukan serangan terhadap Ukraina menggunakan rudal hipersonik jarak menengah Oreshnik terbaru, dengan mengatakan bahwa serangan itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan lintas batas Kiev menggunakan sistem ATACMS dan HIMARS buatan AS, serta rudal Storm Shadow buatan Inggris.
(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1192 seconds (0.1#10.140)