Beri Saran Seks Saat Ditanya Soal COVID-19, Robot Virtual Ini Disingkirkan Singapura
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) telah menyingkirkan chatbot atau robot virtual setelah memberikan serangkaian respons tidak selaras, termasuk saran seks yang aman, untuk pertanyaan tentang masalah COVID-19 . Kesalahan ini menjadi viral setelah dibagikan di dunia maya.
Cerita bermula saat chatbot bertenaga kecerdasan buatan , yang disebut 'Ask Jamie', ditanya apa yang harus dilakukan oleh orang tua yang putrinya dites positif terkena virus. Alih-alih memberikan jawaban yang benar, robot virtual itu malah memberikan jawaban terkait seks aman.
“Anda harus mempraktikkan seks aman melalui penggunaan kondom yang benar dan konsisten, atau menahan nafsu, setidaknya selama seluruh durasi kehamilan pasangan wanita Anda,” jawab sang robot seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (6/10/2021).
Kasus lain adalah mesin itu menanggapi pertanyaan tentang di mana warga Singapura mendapatkan ART (tes cepat antigen), chatbot menawarkan jawaban yang tidak terkait: "vaksin polio tersedia di poliklinik, klinik swasta, serta klinik perjalanan."
Namun, jika pertanyaan berbeda diajukan, chatbot akan memberikan saran yang tepat seperti agar orang yang positif COVID-19 tetap tenang dan tinggal di tempat akomodasi mereka atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk sambil menunggu pengaturan transportasi yang diperlukan ke rumah sakit.
Kejadian ini pun menjadi bulan-bulanan di media sosial. Sebuah postingan memicu lelucon dengan menyebut COVID-19 kini telah menjadi STD (penyakit menular seksual) dan postingan lain membandingan chatbot tersebut dengan komputer Skynet dalam franchise film 'Terminator'.
Karena jawaban yang aneh itu, Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan kepada media lokal bahwa mereka telah menonaktifkan sementara chatbot tersebut untuk melakukan pemeriksaan sistem menyeluruh dan melakukan perbaikan. Namun, menurut laporan media, Ask Jamie tetap berfungsi di beberapa situs pemerintah lainnya.
Chatbot dikembangkan oleh Government Technology Agency (GovTech) milik negara itu pada tahun 2014 dan digunakan di 70 situs web lembaga pemerintah. Selama pandemi, GovTech dilaporkan mendorong warga untuk menggunakan alat tersebut – yang disebut-sebut oleh salah satu penyedia perangkat lunak sebagai “Asisten Virtual Pemerintah Utuh pertama di dunia” – untuk masalah terkait Covid.
Cerita bermula saat chatbot bertenaga kecerdasan buatan , yang disebut 'Ask Jamie', ditanya apa yang harus dilakukan oleh orang tua yang putrinya dites positif terkena virus. Alih-alih memberikan jawaban yang benar, robot virtual itu malah memberikan jawaban terkait seks aman.
“Anda harus mempraktikkan seks aman melalui penggunaan kondom yang benar dan konsisten, atau menahan nafsu, setidaknya selama seluruh durasi kehamilan pasangan wanita Anda,” jawab sang robot seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (6/10/2021).
Kasus lain adalah mesin itu menanggapi pertanyaan tentang di mana warga Singapura mendapatkan ART (tes cepat antigen), chatbot menawarkan jawaban yang tidak terkait: "vaksin polio tersedia di poliklinik, klinik swasta, serta klinik perjalanan."
Namun, jika pertanyaan berbeda diajukan, chatbot akan memberikan saran yang tepat seperti agar orang yang positif COVID-19 tetap tenang dan tinggal di tempat akomodasi mereka atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk sambil menunggu pengaturan transportasi yang diperlukan ke rumah sakit.
Kejadian ini pun menjadi bulan-bulanan di media sosial. Sebuah postingan memicu lelucon dengan menyebut COVID-19 kini telah menjadi STD (penyakit menular seksual) dan postingan lain membandingan chatbot tersebut dengan komputer Skynet dalam franchise film 'Terminator'.
Karena jawaban yang aneh itu, Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan kepada media lokal bahwa mereka telah menonaktifkan sementara chatbot tersebut untuk melakukan pemeriksaan sistem menyeluruh dan melakukan perbaikan. Namun, menurut laporan media, Ask Jamie tetap berfungsi di beberapa situs pemerintah lainnya.
Chatbot dikembangkan oleh Government Technology Agency (GovTech) milik negara itu pada tahun 2014 dan digunakan di 70 situs web lembaga pemerintah. Selama pandemi, GovTech dilaporkan mendorong warga untuk menggunakan alat tersebut – yang disebut-sebut oleh salah satu penyedia perangkat lunak sebagai “Asisten Virtual Pemerintah Utuh pertama di dunia” – untuk masalah terkait Covid.