China Warning AS soal Taiwan: Perang Dapat Dipicu Kapan Saja!
loading...
A
A
A
Taiwan yang demokratis dengan pemerintahan sendiri hidup di bawah ancaman invasi terus-menerus oleh China, yang memandang pulau itu sebagai wilayahnya dan berjanji suatu hari akan merebutnya, dengan kekerasan jika perlu.
Dalam dua tahun terakhir, Beijing telah mulai mengirim serangan mendadak besar-besaran ke zona pertahanan Taiwan untuk menandakan ketidakpuasan pada saat-saat penting—dan untuk membuat armada tempur Taipei yang menua secara teratur ditekan.
Hampir 150 pesawat tempur China telah melanggar ADIZ Taiwan sejak Jumat, ketika Beijing menandai Hari Nasional-nya dengan unjuk kekuatan udara terbesar saat itu, memenuhi pulau itu dengan 38 pesawat.
Itu diikuti oleh serangan lain oleh 39 pesawat pada hari Sabtu, yang memicu kritik dari Washington.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menegaskan kembali pada hari Senin bahwa Amerika Serikat sangat prihatin dengan langkah provokatif oleh Beijing.
"Kegiatan ini membuat tidak stabil, berisiko salah perhitungan dan merusak perdamaian dan keamanan regional," kata Price.
“Kami sangat mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonominya terhadap Taiwan,” katanya, yang menyebut komitmen AS ke pulau itu kokoh.
Kementerian Luar Negeri China pada hari Senin menuduh Washington mengirimkan sinyal yang sangat salah dan tidak bertanggung jawab dengan tindakan provokatif seperti menjual senjata ke Taipei dan mengirim kapal perangnya ke Selat Taiwan.
"AS harus memperbaiki kesalahannya, dengan sungguh-sungguh mematuhi 'Prinsip satu China'...menangani masalah Taiwan dengan hati-hati dan tepat, berhenti memperkuat pasukan separatis 'kemerdekaan Taiwan'," kata juru bicara kementerian itu, Hua Chunying.
Beijing telah meningkatkan tekanan pada Taiwan sejak terpilihnya lagi Tsai Ing-wen sebagai presiden dalam pemilu 2016. Presiden Tsai menolak bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu China".
Dalam dua tahun terakhir, Beijing telah mulai mengirim serangan mendadak besar-besaran ke zona pertahanan Taiwan untuk menandakan ketidakpuasan pada saat-saat penting—dan untuk membuat armada tempur Taipei yang menua secara teratur ditekan.
Hampir 150 pesawat tempur China telah melanggar ADIZ Taiwan sejak Jumat, ketika Beijing menandai Hari Nasional-nya dengan unjuk kekuatan udara terbesar saat itu, memenuhi pulau itu dengan 38 pesawat.
Itu diikuti oleh serangan lain oleh 39 pesawat pada hari Sabtu, yang memicu kritik dari Washington.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menegaskan kembali pada hari Senin bahwa Amerika Serikat sangat prihatin dengan langkah provokatif oleh Beijing.
"Kegiatan ini membuat tidak stabil, berisiko salah perhitungan dan merusak perdamaian dan keamanan regional," kata Price.
“Kami sangat mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonominya terhadap Taiwan,” katanya, yang menyebut komitmen AS ke pulau itu kokoh.
Kementerian Luar Negeri China pada hari Senin menuduh Washington mengirimkan sinyal yang sangat salah dan tidak bertanggung jawab dengan tindakan provokatif seperti menjual senjata ke Taipei dan mengirim kapal perangnya ke Selat Taiwan.
"AS harus memperbaiki kesalahannya, dengan sungguh-sungguh mematuhi 'Prinsip satu China'...menangani masalah Taiwan dengan hati-hati dan tepat, berhenti memperkuat pasukan separatis 'kemerdekaan Taiwan'," kata juru bicara kementerian itu, Hua Chunying.
Beijing telah meningkatkan tekanan pada Taiwan sejak terpilihnya lagi Tsai Ing-wen sebagai presiden dalam pemilu 2016. Presiden Tsai menolak bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu China".