Menlu Suriah: Turki Harus Mundur dari Suriah, Akhiri Pendudukan Wilayah
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan bahwa Damaskus menganggap kehadiran Turki dinegaranya sebagai tindakan pendudukan dan ingin melihat Ankara segera menarik pasukannya.
Mekdad menggarisbawahi bahwa pasukan Turki perlu meninggalkan wilayah yang disengketakan karena Suriah sebagian besar memandang kehadirannya sebagai pelanggaran atas hak-haknya.
“Alasan utama (eskalasi di wilayah Idlib) ini adalah pendudukan Turki dan dukungan yang diberikan oleh Turki kepada kelompok-kelompok teroris di sana,” kata Mekdad.
"Turki harus segera mundur dan masyarakat internasional harus mendukung upaya Suriah dalam pembebasan wilayah pendudukan di utara negara itu," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (23/9/2021).
Ia menambahkan bahwa eskalasi di Idlib disebabkan oleh kehadiran Turki di wilayah tersebut dan dukungannya untuk kelompok-kelompok militan yang beroperasi di sana.
Pernyataan Mekdad muncul ketika Turki baru-baru ini mengerahkan pasukan tambahan ke Suriah barat laut menjelang pertemuan antara pejabat Turki dan para pemimpin dari Rusia serta Iran dalam minggu mendatang.
Perlu dicatat bahwa Turki telah mempertahankan kehadirannya di Suriah selama beberapa waktu, dengan posisi kombatan sebagian besar statis selama lebih dari setahun setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdoggan dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan gencatan senjata antara pasukan Turki dan Suriah.
Baru-baru ini, Putin mengomentari jejak pasukan asing yang terus berlanjut di Suriah sebagai "masalah utama" dalam perkembangan yang sedang berlangsung, menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi pasukan tersebut untuk menarik diri dari wilayah tersebut.
Secara kebetulan, pernyataan itu juga datang ketika Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyatakan bahwa kehadiran pasukan Amerika yang terus berlanjut di Suriah timur akan berarti pemisahan de facto dari negara yang dilanda perang itu. Pasukan AS telah dikerahkan ke negara itu sejak akhir 2015.
Idlib tetap menjadi benteng besar terakhir militan Suriah, yang mengintensifkan serangan mereka terhadap posisi pasukan pemerintah dalam beberapa minggu terakhir.
Mekdad menggarisbawahi bahwa pasukan Turki perlu meninggalkan wilayah yang disengketakan karena Suriah sebagian besar memandang kehadirannya sebagai pelanggaran atas hak-haknya.
“Alasan utama (eskalasi di wilayah Idlib) ini adalah pendudukan Turki dan dukungan yang diberikan oleh Turki kepada kelompok-kelompok teroris di sana,” kata Mekdad.
"Turki harus segera mundur dan masyarakat internasional harus mendukung upaya Suriah dalam pembebasan wilayah pendudukan di utara negara itu," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (23/9/2021).
Ia menambahkan bahwa eskalasi di Idlib disebabkan oleh kehadiran Turki di wilayah tersebut dan dukungannya untuk kelompok-kelompok militan yang beroperasi di sana.
Pernyataan Mekdad muncul ketika Turki baru-baru ini mengerahkan pasukan tambahan ke Suriah barat laut menjelang pertemuan antara pejabat Turki dan para pemimpin dari Rusia serta Iran dalam minggu mendatang.
Perlu dicatat bahwa Turki telah mempertahankan kehadirannya di Suriah selama beberapa waktu, dengan posisi kombatan sebagian besar statis selama lebih dari setahun setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdoggan dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan gencatan senjata antara pasukan Turki dan Suriah.
Baru-baru ini, Putin mengomentari jejak pasukan asing yang terus berlanjut di Suriah sebagai "masalah utama" dalam perkembangan yang sedang berlangsung, menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi pasukan tersebut untuk menarik diri dari wilayah tersebut.
Secara kebetulan, pernyataan itu juga datang ketika Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyatakan bahwa kehadiran pasukan Amerika yang terus berlanjut di Suriah timur akan berarti pemisahan de facto dari negara yang dilanda perang itu. Pasukan AS telah dikerahkan ke negara itu sejak akhir 2015.
Idlib tetap menjadi benteng besar terakhir militan Suriah, yang mengintensifkan serangan mereka terhadap posisi pasukan pemerintah dalam beberapa minggu terakhir.
(ian)