Menolak Kabur, 3 Politisi Wanita Afghanistan Ini Berani Melawan Taliban

Jum'at, 20 Agustus 2021 - 10:55 WIB
loading...
Menolak Kabur, 3 Politisi Wanita Afghanistan Ini Berani Melawan Taliban
Zarifa Ghafari (kiri) dan Salima Mazari, dua politisi wanita Afghanistan yang menolak melarikan diri dan bertekad melawan Taliban. Foto/gpb.org
A A A
KABUL - Orang-orang Afghanistan , termasuk Presiden Ashraf Ghani, kabur atau melarikan diri saat negara itu jatuh ke tangan Taliban . Namun, hal itu pantang bagi tiga politisi wanita pemberani ini.

Mereka bertekad melawan Taliban, meski salah satu dari mereka kini telah ditangkap milisi kelompok tersebut.



Sejak menggulingkan pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat (AS), Taliban meluncurkan serangan pesona untuk merehabilitasi citra mereka di panggung dunia dan membuat janji besar untuk menghormati hak-hak perempuan.

“Kami meyakinkan masyarakat internasional bahwa tidak akan ada diskriminasi terhadap perempuan, tetapi, tentu saja, dalam kerangka yang kami miliki,” kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid pada konferensi pers di Kabul, Selasa lalu.

Aktivis dan wartawan lokal, bagaimanapun, mengatakan peristiwa di lapangan menceritakan kisah yang berbeda, dengan laporan Taliban melakukan pencarian dari rumah ke rumah dan melakukan penangkapan.

Para wanita Afghanistan waspada terhadap perubahan nyata dan bersiap untuk yang terburuk.

Roya Rahmani, wanita pertama yang menjabat sebagai duta besar Afghanistan untuk AS, mengatakan kepada CNN awal pekan ini: “Berdasarkan apa yang saya ketahui tentang mereka dan tindakan mereka di lapangan, saya khawatir bahwa hak-hak dasar perempuan sejalan dengan dikorbankan.”

Dia menambahkan bahwa “akses ke pendidikan, pekerjaan, bahkan kehadiran fisik perempuan di ruang publik tidak ditoleransi”.

"Apa yang akan ditawarkan Taliban kepada perempuan jauh di bawah kewarganegaraan yang setara. Ada sedikit alasan untuk berpikir siapa pun akan memiliki hak kewarganegaraan di bawah Taliban, berdasarkan pengalaman sebelumnya. Namun meski begitu, perempuan akan diperlakukan sebagai 'kelas bawah', yang dianggap hanya cocok untuk peran tertentu dan tidak ada yang lain," kata diplomat tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1263 seconds (0.1#10.140)