Desa Afrika Ini Memiliki Sekolah dari Printer 3D Pertama di Dunia
loading...
A
A
A
"Jadi, dengan sekolah di desa kami, saya senang karena putri saya sekarang dapat menghadiri kelas setiap hari," imbuhnya.
Malawi perlu membangun lebih dari 40.000 ruang kelas lagi untuk memenuhi permintaan, menurut Classrooms for Malawi badan amal Inggris.
Meski begitu, Catherine Sani, presiden Malawi Institute of Architects yang baru-baru ini terpilih, memberikan pandangan lain. Ia mengatakan meskipun tampaknya adil dan masuk akal untuk mengatakan bahwa Malawi akan mendapat manfaat dari teknologi mengingat kurangnya infrastruktur kritis, transfer keterampilan dapat memberi orang-orang di sana pilihan karir baru.
"Sulit untuk berkomentar apakah perusahaan Prancis telah mempertimbangkan transfer keterampilan lokal dan melakukan upaya apa pun untuk memulai transfer keterampilan," katanya kepada Zenger.
"Kecepatan produksi dengan metode ini menguntungkan, tetapi kecepatan tidak bisa dilihat dari biaya yang terkait dengan mesin cetak, transfer teknologi, dan memastikan desain yang baik," ia menambahkan.
Perrot mengatakan bahwa printer 3D masih merupakan teknologi yang relatif baru, dan 14Trees bertujuan untuk membuatnya 10 hingga 20 persen lebih terjangkau daripada metode pembangunan konvensional dalam 12-18 bulan ke depan.
“Kami harus mengimpor sekolah percontohan, tetapi tinta yang kami gunakan untuk mencetak dinding sekarang diproduksi di Malawi. Pembuatan tinta di lapangan akan secara dramatis mengurangi biaya bangunan bagi pembeli dan menciptakan lapangan kerja lokal di bidang manufaktur. Selain itu, kami sekarang memiliki tim pribumi-Malawi yang terlatih penuh untuk mengoperasikan printer. Kami yakin dapat membangun sekolah yang lebih unggul dan meningkatkan waktu konstruksi, kualitas, jejak lingkungan, dan keterjangkauan," ucap Perrot.
“Kami sekarang sedang mengerjakan proyek rumah cetak 3D di Kenya dan Zimbabwe, dengan rumah yang dibangun pada akhir tahun ini. Kami juga memiliki proyek sekolah yang akan kami bangun di Malawi dan Madagaskar, dan Ethiopia. Kami telah mengidentifikasi peluang untuk memberikan proyek sanitasi. Kami bangga bahwa Malawi telah menjadi negara pertama yang menunjukkan kemungkinan pencetakan 3D infrastruktur sosial. Kami akan memanfaatkan kompetensi yang dibangun oleh tim kami di Malawi untuk meluncurkan teknologi itu, mendukung ekspansi di seluruh kawasan," tukasnya.
Malawi perlu membangun lebih dari 40.000 ruang kelas lagi untuk memenuhi permintaan, menurut Classrooms for Malawi badan amal Inggris.
Meski begitu, Catherine Sani, presiden Malawi Institute of Architects yang baru-baru ini terpilih, memberikan pandangan lain. Ia mengatakan meskipun tampaknya adil dan masuk akal untuk mengatakan bahwa Malawi akan mendapat manfaat dari teknologi mengingat kurangnya infrastruktur kritis, transfer keterampilan dapat memberi orang-orang di sana pilihan karir baru.
"Sulit untuk berkomentar apakah perusahaan Prancis telah mempertimbangkan transfer keterampilan lokal dan melakukan upaya apa pun untuk memulai transfer keterampilan," katanya kepada Zenger.
"Kecepatan produksi dengan metode ini menguntungkan, tetapi kecepatan tidak bisa dilihat dari biaya yang terkait dengan mesin cetak, transfer teknologi, dan memastikan desain yang baik," ia menambahkan.
Perrot mengatakan bahwa printer 3D masih merupakan teknologi yang relatif baru, dan 14Trees bertujuan untuk membuatnya 10 hingga 20 persen lebih terjangkau daripada metode pembangunan konvensional dalam 12-18 bulan ke depan.
“Kami harus mengimpor sekolah percontohan, tetapi tinta yang kami gunakan untuk mencetak dinding sekarang diproduksi di Malawi. Pembuatan tinta di lapangan akan secara dramatis mengurangi biaya bangunan bagi pembeli dan menciptakan lapangan kerja lokal di bidang manufaktur. Selain itu, kami sekarang memiliki tim pribumi-Malawi yang terlatih penuh untuk mengoperasikan printer. Kami yakin dapat membangun sekolah yang lebih unggul dan meningkatkan waktu konstruksi, kualitas, jejak lingkungan, dan keterjangkauan," ucap Perrot.
“Kami sekarang sedang mengerjakan proyek rumah cetak 3D di Kenya dan Zimbabwe, dengan rumah yang dibangun pada akhir tahun ini. Kami juga memiliki proyek sekolah yang akan kami bangun di Malawi dan Madagaskar, dan Ethiopia. Kami telah mengidentifikasi peluang untuk memberikan proyek sanitasi. Kami bangga bahwa Malawi telah menjadi negara pertama yang menunjukkan kemungkinan pencetakan 3D infrastruktur sosial. Kami akan memanfaatkan kompetensi yang dibangun oleh tim kami di Malawi untuk meluncurkan teknologi itu, mendukung ekspansi di seluruh kawasan," tukasnya.
(ian)