Korut Miliki 10.000 Artileri, Alasan Korsel Bikin Senjata ala Iron Dome Israel?
loading...
A
A
A
Itu sebabnya, kata dia, sistem Korea Selatan diperkirakan lebih mahal daripada sistem Israel.
Menurut laporan surat kabar Hankyoreh, pakar militer juga mencatat bahwa Israel perlu menembak jatuh jauh lebih sedikit proyektil daripada yang mungkin harus dilakukan Korea Selatan. Hamas menembakkan sekitar 4.300 roket selama 10 hari dalam konflik Gaza terbaru. Tetapi menggunakan penargetan yang lebih maju, meriam besar dan peluncur roket, Korea Utara pada awalnya dapat menembakkan sekitar 16.000 proyektil per jam.
“Ini adalah usaha yang sangat menantang,” kata Ankit Panda, fellow senior Stanton di Nuclear Policy Programme pada Carnegie Endowment for International Peace.
Tak Ada Pilihan
Namun, para ahli tampaknya yakin Korea Selatan akan mampu mengembangkan pertahanan rudal yang efektif terhadap tembakan artileri dan roket Korea Utara. Pertanyaannya adalah harga.
"Tidak ada pilihan untuk Korea Selatan, mau bagaimana lagi," kata Jo Dong Joon, direktur Pusat Studi Korea Utara di Universitas Nasional Seoul. “Korea Selatan khawatir bahwa Korea Utara dapat menembakkan artileri jarak jauhnya tanpa banyak rasa takut akan pembalasan.”
Dorongan untuk mengembangkan sistem pertahanan ala Iron Dome Israel itu datang pada 2010, ketika Korea Utara menembaki pulau perbatasan Yeonpyeong dan menewaskan empat orang.
Menurut surat kabar Hankyoreh, setelah insiden Yeonpyeong, pihak berwenang Korea Selatan mempertimbangkan untuk memperkenalkan sistem Iron Dome, tetapi akhirnya menganggapnya tidak pantas. Fokus mereka saat itu adalah menghancurkan sumber tembakan yang masuk.
Untuk itu, kata Jo, Korea Selatan tahun lalu mengerahkan Korea Tactical Surface to Surface Missiles (KTSSMs) yang disebut "pembunuh artileri" dengan jangkauan 100 km (62 mil) dan dirancang khusus untuk menghancurkan artileri Korea Utara.
Baca Juga
Menurut laporan surat kabar Hankyoreh, pakar militer juga mencatat bahwa Israel perlu menembak jatuh jauh lebih sedikit proyektil daripada yang mungkin harus dilakukan Korea Selatan. Hamas menembakkan sekitar 4.300 roket selama 10 hari dalam konflik Gaza terbaru. Tetapi menggunakan penargetan yang lebih maju, meriam besar dan peluncur roket, Korea Utara pada awalnya dapat menembakkan sekitar 16.000 proyektil per jam.
“Ini adalah usaha yang sangat menantang,” kata Ankit Panda, fellow senior Stanton di Nuclear Policy Programme pada Carnegie Endowment for International Peace.
Tak Ada Pilihan
Namun, para ahli tampaknya yakin Korea Selatan akan mampu mengembangkan pertahanan rudal yang efektif terhadap tembakan artileri dan roket Korea Utara. Pertanyaannya adalah harga.
"Tidak ada pilihan untuk Korea Selatan, mau bagaimana lagi," kata Jo Dong Joon, direktur Pusat Studi Korea Utara di Universitas Nasional Seoul. “Korea Selatan khawatir bahwa Korea Utara dapat menembakkan artileri jarak jauhnya tanpa banyak rasa takut akan pembalasan.”
Dorongan untuk mengembangkan sistem pertahanan ala Iron Dome Israel itu datang pada 2010, ketika Korea Utara menembaki pulau perbatasan Yeonpyeong dan menewaskan empat orang.
Menurut surat kabar Hankyoreh, setelah insiden Yeonpyeong, pihak berwenang Korea Selatan mempertimbangkan untuk memperkenalkan sistem Iron Dome, tetapi akhirnya menganggapnya tidak pantas. Fokus mereka saat itu adalah menghancurkan sumber tembakan yang masuk.
Untuk itu, kata Jo, Korea Selatan tahun lalu mengerahkan Korea Tactical Surface to Surface Missiles (KTSSMs) yang disebut "pembunuh artileri" dengan jangkauan 100 km (62 mil) dan dirancang khusus untuk menghancurkan artileri Korea Utara.